London Sumatra (LSIP) menunggu kenaikan harga CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) membuat kinerja PT PP London Sumatra Indonesia Tbk di tahun ini lesu. Analis pesimistis kinerja perusahaan yang memiliki kode saham LSIP ini dapat membaik di akhir tahun, lantaran tipisnya peluang harga CPO rebound.

Akibat penurunan harga minyak sawit mentah, pendapatan LSIP turun sebesar 28,54% menjadi Rp 1,76 triliun pada semester I-2018. Alhasil, laba bersih perusahaan ini turun sekitar 47%, menjadi senilai Rp 224 miliar.

Analias Danareksa Sekuritas Yudha Gautama mengatakan, kinerja LSIP memang terseret harga CPO global yang bergerak dalam tren penurunan di enam bulan pertama 2018. Performa buruk harga CPO pun berlanjut hingga kuartal III-2018. Sepanjang periode Juli-September tersebut, harga CPO terkoreksi 7,96%.


Harga turun lantaran pasokan CPO yang saat ini melimpah tidak diimbangi dengan kenaikan permintaan. Selain itu, Yudha melihat, efek perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China turut menambah sentimen negatif bagi harga komoditas perkebunan ini.

Sekadar informasi, perang dagang membuat harga minyak kedelai turun. "Ini akhirnya membuat CPO sebagai produk substitusi minyak kedelai juga ikut turun," kata Yudha, Selasa (16/10).

Joni Wintarja, Analis NH Korindo Sekuritas, menambahkan, LSIP membukukan penurunan kinerja akibat penurunan harga CPO global sebesar 32% sejak Januari 2017.

Sejatinya, volume penjualan CPO LSIP di paruh pertama tahun ini justru naik. Seharusnya, ini bisa jadi sentimen positif. "Tetapi kinerja LSIP tertekan karena meski volume penjualan naik, harga CPO masih turun di kuartal tiga lalu," kata Yudha.

Harga naik

Joni memprediksikan, pendapatan LSIP di akhir tahun ini turun menjadi Rp 3,82 triliun. Proyeksi ini lebih rendah 19,4% dibanding realisasi pendapatan tahun 2017.

Begitu pula dengan laba bersih. Joni memperkirakan pos laba bersih turun menjadi Rp 364 miliar dari Rp 764 miliar di akhir tahun lalu.

Sebaliknya, Yudha masih melihat potensi kinerja LSIP di akhir tahun membaik. Penerapan kebijakan B20 akan memberi sentimen positif bagi emiten ini.

Selain itu, keputusan pemerintah melanjutkan moratorium CPO untuk tiga tahun kedepan akan mengurangi pasokan CPO. "Di tengah tingginya permintaan untuk B20 dan moratorium yang berlanjut, pasti akan meningkatkan harga CPO," kata Joni, dalam riset Jumat (5/10).

Hingga akhir tahun, Yudha memprediksi, harga CPO bisa kembali ke level RM 2.550 per metrik ton. Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Desember 2018 di Bursa Derivatif Malaysia masih di RM 2.191 per metrik ton.

Baik Joni maupun Yudha masih merekomendasikan beli LSIP. Joni pasang target harga di Rp 1.380 per saham. Sedangkan target harga Yudha Rp 2.000 per saham. Namun, Yasmin Soulisa, analis Ciptadana Sekuritas, merekomendasikan tahan dengan target harga Rp 1.060 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati