Lonjakan harga jagung akan gerus margin emiten



JAKARTA. Musim kering yang melanda Amerika Serikat (AS), menyebabkan gagal panen jagung. Padahal, Indonesia banyak mengimpor jagung asal AS salah satunya untuk bahan pakan ternak. Tentunya ini bakal mempengaruhi kinerja para emiten pakan ternak di Indonesia.

Analis Panin Securities Kalvin Lie memprediksi kendala ini akan mempengaruhi margin laba kotor para emiten tersebut. Pasalnya, 70% kebutuhan jagung untuk pakan ternak berasal dari impor, terutama dari AS.

Berikut analisis dan rekomendasi untuk dua emiten pakan ternak.


PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Kalvin mengatakan, margin laba kotor JPFA sudah turun sejak kuartal satu lalu, yakni menjadi 19%, dari 20% di periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini, menurut pengamatannya akibat kenaikan biaya bahan baku sebesar 10%.

Ia memperkirakan margin laba kotor JPFA di semester kedua akan terkoreksi sampai level 17%. Walau begitu, kinerja fundamental JPFA diprediksi masih bisa naik 15%-20% tahun ini karena permintaan ayam yang secara umum masih tinggi.

Analis Panin Securities, Purwoko Sartono mengamati indikator teknikal untuk saham JPFA menunjukkan pelemahan. RSI berada di 44,6 yang menandakan gerakan mendatar, kemudian stochastic berada di posisi 23,8 yang menunjukkan saham ini sudah sedikit di bawah area oversold. Purwoko merekomendasikan beli JPFA pada support di level Rp 4.520 dengan potensi resistance di Rp 4.800.

Pada penutupan sesi satu hari ini JPFA ditutup naik 1,15% menjadi Rp 4.400.

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

Di semester satu, margin laba kotor CPIN masih naik menjadi 26,2% dari 22% di semester pertama 2011. Kalvin bilang kenaikan harga pakan ternak yang signifikan dari produksi CPIN berhasil menutupi kenaikan biaya bahan baku selama periode tersebut.

Selama kebutuhan ayam membludak, maka kenaikan harga pakan ternak tidak serta merta menurunkan permintaan atas produknya," jelasnya. Terlebih CPIN adalah pemimpin pasar di industri pakan ternak dengan economics of scale yang tinggi, yaitu mampu menekan biaya karena membeli atau memproduksi dalam jumlah besar.

Namun untuk semester kedua, tidak menutup kemungkinan margin kotor CPIN juga bisa tergerus. Ini bisa terjadi ketika permintaan ayam berkurang pasca hari raya seperti Idul Fitri ataupun NAtal.

Kata Calvin, harga pakan ternak sudah mahal sekitar Rp 5.550-Rp 6.000 per kg karena kenaikan bahan baku Jagung. "Sedangkan tahun 2009 saja, harga pakan ternak masih Rp 500 per kg," lanjutnya. Ia memprediksi margin laba kotor CPIN bisa merosot ke 24% sampai akhir tahun. Purwoko merekomendasikan pemodal untuk mengambil saham ini untuk jangka panjang setelah menyentuh titik support di 2.975. Tapi, ia menyarankan investor hati-hati karena secara teknikal ada kemungkinan saham ini berlanjut turun.

Hari ini, CPIN melorot 1,65% ke Rp 3.075.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: