Lonjakan harga tanah di kota besar melambat



JAKARTA. Harga properti, khususnya tanah di kota besar dalam beberapa tahun terakhir ini, melonjak cukup tajam. Namun khusus tahun ini, lonjakan harga tanah mengalami pengereman.

Erwin Karya, Associate Director Ray White Project Indonesia, menuturkan, biasanya kenaikan harga tanah di kota besar bisa mencapai 15%-40% per tahun. Tapi, untuk tahun ini, lonjakan harga tanah lagi melambat. 

Hal ini terjadi karena harga tanah saat ini sedang menuju titik harga baru atau equilibrium baru. Nah, kondisi ini terjadi di Jakarta dan Bali. "Tidak ada harga terus naik, pasti ada konsolidasi dan mencari titik harga baru," katanya kepada KONTAN, Jumat (17/10).


Kenaikan harga yang cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir ini disebabkan adanya euforia kenaikan properti sehingga harga tanah berhasil mencapai titik tertinggi. Ia mengambil contoh harga tanah di Menteng, Jakarta yang bisa mencapai Rp 80 juta per meter persegi (m²) hingga Rp 100 juta per m². Sedangkan di Kebayoran Baru berkisar Rp 30 juta m² - Rp 50 juta m².

Namun kondisi ini membuat masyarakat tidak mampu membeli tanah dengan harga tersebut. "Pasar biasanya merespon ketika harga tanah berkisar Rp 30 juta per m²," timpalnya.

Sedangkan harga tanah di Surabaya masih berkisar Rp 30 juta m² di lokasi strategis. Bedanya, peluang kenaikan harga di kota buaya lebih besar ketimbang Jakarta. Soalnya, kota berpenduduk lima juta jiwa ini tengah masa pembangunan dan banyak proyek properti laiknya Jakarta.

Harga tanah di Bandung sendiri hampir menyerupai Surabaya. Misalnya di Dago, sudah mencapai Rp 20 juta per m² - Rp 25 juta per m². Begitu pula kota-kota lain di luar Jawa, seperti Medan dan Makasar yang kisaran harga tanahnya cukup tinggi.

Begitu pula di Bali. Menurut Daniel Miller, Tecnical Advisor Head of Bali Office, Jones Lang LaSalle Indonesia, harga tanah di sekitar Kuta sudah mencapai Rp 10 juta per m². Malah di daerah tujuan wisata terkenal dan dekat pantai, harganya sudah melambung jadi Rp 30 juta per m². Padahal di luar daerah wisata, seperti Tabanan, harga tanah masih Rp 2 juta per m² - Rp 3 juta per m². Tapi minim infrastruktur.

Bila dihitung kenaikan harga tanah dari awal tahun hingga akhir tahun ini, Erwin memprediksi cuma mencapai 8%-10% saja. Padahal, tahun lalu kenaikan harganya rata-rata 20%. Bahkan, ada sampai 100%. "Digoreng pengembang dan infrastruktur baru dibangun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon