Lonjakan Inflasi AS Menyeret Bursa Asia ke Zona Merah, Kamis (14/7)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Kamis (14/7) mayoritas ditutup turun. Penurunan terjadi di bursa saham Singapura, yakni Strait Times yang melemah 1,22%. Pasar saham Hongkong dan Shanghai masing-masing juga terkoreksi 0,22% dan 0,08%.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,74% ke level 6.690,087, setelah melemah tiga hari beruntun sejak Senin (11/7).

Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, pelemahan ini terjadi di tengah apresiasi nilai tukar mata uang dolar AS setelah data inflasi AS memperkuat ekspektasi bahwa pengetatan kebijakan moneter secara lebih agresif oleh bank sentral AS, yakni Federal Reserve akan memicu resesi.


Baca Juga: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Grup Panin Berikut

Investor mulai berspekulasi bahwa Federal Reserve berpeluang besar menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps (1,0%) bulan ini, setelah laju kenaikan inflasi di AS mencapai 9,1% year-on-year (yoy) di bulan Juni 2022

Resesi ekonomi di AS berarti berkurangnya permintaan atas ekspor dari Asia. Sementara investor akan bersikap menghindari risiko (risk aversion), dengan memindahkan dananya keluar dari pasar negara berkembang (emerging markets). Sehingga, hal ini memaksa bank-bank sentral di Asia untuk menaikkan suku bunga acuan demi untuk menghindari depresiasi yang terlalu dalam pada nilai tukar mata uang mereka.

Bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) hari ini secara tak terduga memperketat kebijakan moneter untuk kedua kalinya di tahun ini, seiring munculnya risiko kontraksi ekonomi akibat kenaikan inflasi.

MAS yang menggunakan nilai tukar valuta asing sebagai alat utama kebijakan memperbesar ruang apresiasi mata uang dolar Singapura (SGD) dengan mengubah titik tengah dari pita kebijakan yang dikenal dengan nama SGD Nominal Effective Exchange Rate, hingga naik ke level saat ini.

Baca Juga: IHSG Dihantui Ancaman Stagflasi dan Outflow Investor Asing di Semester Dua 2022

Bank sentral Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) juga secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 3,25% serta membuka pintu untuk terus memperketat kebijakan dalam rangka mengatasi tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar mata uang Peso.

Ini adalah pengetatan kebijakan paling agresif yang dilakukan BSP sejak mengadopsi pendekatan penargetan inflasi di 2002.

Data pasar tenaga kerja (employment change) Australia memperlihatkan bahwa ekonomi negeri kanguru itu menambah 88.400 pekerja selama bulan Juni, lebih tinggi dari ekspektasi penambahan 30.000 pekerja. Dengan demikian, ekonomi Australia berhasil menambah jumlah pekerja selama 8 bulan beruntun pasca pembatalan kebijakan lockdown varian delta virus Covid-19 di akhir 2021.

Baca Juga: Dibayangi Sentimen Negatif, Berikut Prediksi IHSG Untuk Jumat (15/7)

Tingkat pengangguran Australia turun dari 3,9% menjadi 3,5%, terendah dalam 48 tahun. Penurunan ini karena banyaknya jumlah orang yang secara aktif mencari kerja. Ini terlihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate) yang naik menjadi 66,8% di bulan Juni dari 66,7% pada bulan sebelumnya.

Dengan tingkat pengangguran yang rendah dan laju inflasi yang tinggi, maka bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) dipastikan akan terus menaikkan suku bunga acuan, menyusul kenaikan 50 bps menjadi 1,35% pekan lalu. Investor memprediksi sekali lagi kenaikan suku bunga 50 bps di bulan Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati