Lotte Chemical Titan (FPNI) patok kenaikan penjualan 10% tahun ini



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perusahaan petrokimia, PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) tak ingin mematok pertumbuhan yang muluk-muluk di tahun ini. Apalagi perseroan melihat fluktuasi harga bahan bakunya, etilena yang berasal dari crude oil, menekan margin keuntungan.

Calvin Wiryapranata, Direktur Keuangan FPNI mengatakan bahwa manajemen agak kesulitan memprediksi pasar saat ini. Apalagi margin spread yang dirasakan di awal tahun tidak seperti tahun lalu.

Margin spread adalah selisih harga jual dengan biaya bahan baku utama, di 2018 FPNI tertolong dengan margin spread sebesar US$ 221 per ton atau naik 37% year on year (yoy).


Sehingga, meski pendapatan bersih 2018 hanya tumbuh 0,1% yoy menjadi US$ 433,9 juta, namun perusahaan dapat menggenggam laba bersih senilai US$ 6,1 juta atau tumbuh 451% dibandingkan periode yang sama tahun lalu masih merugi US$ 1,7 juta.

"Maka harga jual tahun lalu bisa naik 15% dibandingkan tahun sebelumnya," kata Calvin saat paparan publik perseroan berlangsung, Jumat (24/5). Sayangnya utuk harga jual saat ini manajemen enggan membeberkan lebih lanjut.

Ditengah gejolak harga bahan baku, perseroan berusaha mengontrol komponen produksinya. Supaya biaya pemeliharaan lebih efisien dan operasional kian efektif.

"Untuk itu target growth kami tak muluk-muluk, dari segi volume penjualan dan produksi bisa naik 10% tahun ini," kata Calvin. Di tahun 2018 volume penjualan FPNI mencapai 306 ribu ton, dimana dalam 8 tahun terakhir perusahaan menjaga produksi polietilena diatas 300.000 ton.

Secara garis besar, jenis polietilena yang diproduksi FPNI mencakup Linear low-density polyethylene (LLDPE) dan high density polyethylene (HDPE). Margin spread LLDPE di tahun lalu tidak terlalu baik sehingga porsi produksinya dikurangi.

Dan situasi itu tampaknya masih berlangsung hingga sekarang, dimana manajemen mematok persentase penjualan LLDPE kisaran 40%, sedangkan sisanya 60% untuk HDPE yang bermargin lebih tinggi. Sedangkan untuk area geografis, manajemen menyebutkan bahwa 80%-90% penjualan menyasar permintaan lokal sedangkan sisanya ekspor.

Adapun anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini senilai US$ 5 juta yang berasal dari dana internal perseroan. Kebutuhan dana tersebut untuk merevitalisasi beberapa mesin dan upgrading software system manufacturing perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini