KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 telah menyebabkan tekanan inflasi menjadi lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) melihat, tekanan inflasi yang rendah masih akan berlanjut untuk waktu yang lebih panjang bila krisis kesehatan ini tetap bertahan. Baca Juga: LPEM FEB UI sarankan BI pangkas suku bunga acuan ke level 4,25%
Pengaruh Covid-19 sangat terlihat pada inflasi bulan Mei 2020. Padahal, pada bulan tersebut ada perayaan Idul Fitri yang biasanya ditandai dengan meningkatnya permintaan dan melambungnya harga-harga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Mei 2020 hanya mencapai 0,07% mom atau jauh lebih rendah dari 0,545 mom di bulan Mei 2019. Sementara inflasi tahunan juga mengalami penurunan besar, yaitu dari 2,67% yoy pada Mei tahun lalu menjadi 2,19% yoy pada Mei 2020. "Peristiwa krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membawa tingkat inflasi selama periode Ramadhan ke level terendah dalam lebih dari satu dekade," kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Selasa (16/6). Dengan adanya Covid-19, akhirnya memaksa pemerintah untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penularan virus tersebut. PSBB inilah yang akhirnya menahan konsumsi rumah tangga, bahkan di tengah bulan Ramadhan. Baca Juga: Tiga alasan mengapa BI perlu melonggarkan kebijakan suku bunga bulan ini