LPEM UI: BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya peningkatan peringkat kredit Indonesia menjadi BBB diprediksi semakin memperkuat kepercayaan investor pada pasar Indonesia. Kondisi tersebut memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Menurut ekonom LPEM FEB UI Febrio Kacaribu, BI bisa menurunkan suku bunga acuannya hari ini sebesar 25 basis poin (bps) dari 6% ke 5,75%. "Lebih dari itu, sinyal penurunan suku bunga The Fed yang semakin kuat dalam tiga bulan ke depan dapat menjadi acuan BI untuk menurunkan suku bunga acuannya bulan ini," jelas Febrio melalui siaran pers, Rabu (19/6).

Meskipun inflasi meningkat pada bulan Mei 2019, kondisi tersebut menunjukkan adanya perbaikan pertumbuhan permintaan dalam negeri yang sempat stagnan sejak awal tahun. Tercatat inflasi bulan lalu sebesar 3,32% secara tahunan (yoy) lebih tinggi daripada inflasi April yang sebesar 2,83% yoy. Lonjakan tersebut sebagai dampak Ramadan dan Idul Fitri.


Meskipun konsumsi masyarakat telah meningkat karena pola musiman, indikator pertumbuhan ekonomi lain terutama investasi belum menunjukkan perbaikan signifikan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal satu yang tercatat 5,07% masih membayangi pertumbuhan ekonomi. Sehingga pemerintah perlu mempercepat reformasi dalam kemudahan berbisnis supaya bisa bersaing dengan negara berkembang laiinya yang berusaha mendapatkan relokasi foreign direct investment (FDI) akibat perang dagang.

"Kami melihat defisit neraca berjalan di triwulan kedua masih tak terhindarkan mengingat pelemahan harga komoditas global. Hal ini masih akan menekan ekpor Indonesia,dan upaya menahan defisit di bawah 3% dari PDB di tahun 2019 masih cukup berat," jelasnya.

Indonesia saat ini pun masih menikmati derasnya arus masuk investasi portofolio. Hal ini mendukung penguatan rupiah di pertengahan Juni menjadi Rp 14.275 dengan rata-rata sepanjang tahun 2019 sebesar Rp 14.188.

Tingginya risiko perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) karena siklus bisnis dan perang dagang dengan Tiongkok telah menguntungkan pasar domestik. Kondisi tersebut menyebabkan banyak bank sentral memangkas suku bunga acuannya dalam beberapa pekan terakhir.

"Peningkatan peringkat kredit Indonesia mendorong kepercayaan terhadap ekonomi nasional, terlihat dari imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun dari 8,18% menjadi 7,7%," imbuh dia.

Di sisi lain, ketidakpastian eksternal akibat perang dagang, isu geopolitik Timur Tengah dan Brexit masih menjadi tantangan bagi pasar keuangan. Oleh karena itu BI masih perlu menjaga kondisi keberlanjutan dan ketahanan indikator makroekonomi dengan hati-hati.

Sepanjang bulan Mei, BI telah merelakan cadangan devisanya dari US$ 124,3 miliar menjadi US$ 120,3 miliar sebagai bagian dari menanggapi arus modal keluar serta menjaga likuiditas mata uang asing seiring dengan siklus pembayaran dividen perusahaan dan periode libur lebaran.

Terlepas dari BI perlu tetap menjaga intervensinya di pasar valuta asing, tren positif pada arus modal masuk memberikan ruang bagi BI untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya. Febrio memperkirakan, akan ada lebih banyak kesempatan bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan 25bps di paruh kedua 2019. "Kami memprediksikan pemotongan 25 bps suku bunga the Fed pada awal Juli. Hal ini akan membantu Bank Indonesia untuk terus melonggarkan kebijakan moneternya," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati