LPEM UI: Inflasi sedikit meningkat, BI tak punya alasan ubah suku bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas tengah dalam tren naik. Asal tahu saja, harga minyak Brent bahkan sempat menembus level US$ 70 per barel untuk kali pertama dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan tersebut disebabkan oleh pemangkasan produksi oleh OPEC dan meningkatnya permintaan menyebabkan surplus pasokan minyak global kian menipis.

Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Febrio N Kacaribu mengatakan, peningkatan harga komoditas ini menciptakan risiko bagi target inflasi Bank Indonesia (BI) di tahun ini.

“Dengan harga minyak mentah di atas US$ 70 per barel dan defisit APBN masih di atas 2% Product Domestic Bruto (PDB), akan muncul tekanan untuk menghilangkan subsidi BBM tidak langsung,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1).


Kebijakan pemerintah saat ini mematok harga BBM jenis Premium/Pertalite/Solar di bawah harga keekonomian dan membiarkan Pertamina merugi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki postur APBN.

“Dengan inflasi yang akan sedikit meningkat di 2018, BI tidak memiliki alasan yang kuat untuk mengubah suku bunga,” ucapnya.

Adapun menurutnya, tren konsumsi masyarakat yang tidak memuaskan pada 2017 akan berubah di 2018 seiring dengan peningkatan pertumbuhan investasi riil dan ekspor yang mencatatkan pertumbuhan 7,11% year on year (yoy) dan 17,27% yoy di triwulan-III 2017. Ini akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kekayaan rumah tangga.

Pertumbuhan investasi yang kuat disumbang terutama oleh investasi di mesin dan peralatan (15,18% yoy) dan peralatan lainnya (16,83% yoy) yang dapat meningkatkan kapasitas produksi domestik di jangka panjang.

“Kami melihat bahwa pemotongan suku bunga sebelumnya sudah cukup, terutama karena tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman telah merespon penurunan tingkat suku bunga acuan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini