LPEM UI: Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal-I 2019 stabil 5,2%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal pertama tahun 2019 sebesar 5,2% year on year (yoy).

Selain permintaan domestik yang kuat, upaya pemerintah untuk meningkatkan perdagangan serta Foreign Direct Investment (FDI) dinilai mulai membuahkan hasil karena surplus neraca perdagangan yang tercatat telah membawa keseimbangan eksternal yang lebih baik dalam dua bulan terakhir secara berturut-turut.

Secara sektoral, Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu, dalam Seri Analisis Makroekonomi: Quarterly Economic Outlook Triwulan I-2019 yang diterima Kontan.co.id, Minggu (5/5), mengatakan, sektor manufaktur akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan, hanya pada tingkat yang lebih moderat.


"Terdapat kemungkinan lain pendorong pertumbuhan yang berasal dari perbaikan berkelanjutan di sektor ritel dan konstruksi, serta dorongan dari sektor TIK dan transportasi & penyimpanan. Kontribusi yang lebih besar dari ritel dan konstruksi mengimbangi pertumbuhan moderat dalam industri manufaktur," terang Febrio.

Sementara, dalam sektor jasa, LPEM UI melihat adanya stimulus dari fintech di tengah ketahanan dalam layanan keuangan, asuransi, dan bisnis tradisional.

Adapun, pertumbuhan konsumsi yang stabil didukung oleh alokasi bantuan sosial untuk pendapatan menengah ke bawah. Implementasi dari stimulus fiskal diharapkan mempertahankan tingkat konsumsi rumah tangga untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada kuartal pertama 2019.

Begitu pun dengan tingkat inflasi umum dan inti pada kuartal pertama tahun 2019, di mana masing-masing mencapai 2,48% dan 3,03% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan nilai inflasi pada tahun 2018 lalu, turut menjaga daya beli.

Secara keseluruhan, inflasi dalam tiga bulan pertama di tahun 2019 merupakan inflasi yang terendah sejak tahun 2016.

"Namun, kami masih menunggu dan melihat tekanan inflasi dalam tiga bulan ke depan, yang diprediksi akan mengalami peningkatan. Permintaan barang dan jasa yang lebih tinggi diyakini akan terjadi dalam waktu dekat, sejalan dengan momentum Ramadhan dan Idul Fitri," kata Febrio.

Kendati begitu, aliran investasi masih melambat. LPEM melihat hal ini terutama lantaran tantangan dari ketidakpastian global serta kurangnya pelaksanaan kebijakan. Selain itu, sikap menunggu investor menjelang Pemilu 2019 juga merupakan salah satu sumber utama dari penurunan FDI.

Febrio menuturkan, implementasi Paket Kebijakan Ekonomi ke-16 yang telah tertunda pemilu, dilengkapi dengan rencana pemerintah untuk melonggarkan pembatasan kepemilikan asing di 49 sektor bisnis semestinya akan semakin mempercepat realisasi investasi asing ke depan.

Adapun, terkait neraca transaksi berjalan, LPEM UI memandang defisit perdagangan yang lebih rendah dari ekspektasi akibat perbaikan neraca migas dan non-migas di kuartal I-2019 akan memberikan sinyal positif pada kinerja neraca transaksi berjalan dengan defisit sekitar 2,24% dari PDB, lebih rendah dari 3,57% di Q4 2018 yang tercatat sebagai defisit terburuk sejak 2014.

"Kami juga melihat neraca perdagangan tidak akan berubah atau bahkan lebih baik untuk beberapa kuartal mendatang. Harapan tersebut didorong oleh kelanjutan implementasi persyaratan wajib B20 serta upaya pemerintah untuk lebih membatasi impor," ungkap Febrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto