JAKARTA. Grup Lippo tak henti-hentinya bermanuver sepanjang tahun ini. Kini, giliran PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menunjukkan aksinya lewat rencana penerbitan surat utang senior berbunga tetap (fixed rate senior notes) sebesar US$ 350 juta. Perusahaan pengembang properti ini akan menggelar road show untuk menjaring minat para investor asing, baik di Asia maupun Eropa, membeli surat utang itu. "Kami akan mengunjungi negara di mana investor berada, seperti Singapura, Hong Kong, dan Eropa," ujar Marko Wong, Hubungan Investor LPKR, dua hari lalu (1/4). Bila tak ada aral melintang, roadshow itu akan dilaksanakan pada bulan April ini. Namun, penerbitan surat utang tersebut masih harus menunggu persetujuan para pemegang saham.
Rencananya, LPKR akan menggunakan dana hasil penjualan surat utang itu untuk membayar utang sebesar US$ 250 juta. Sedangkan sisanya sebesar US$ 100 juta dialokasikan untuk membiayai pembangunan dan pengembangan rumahsakit. "Dalam tiga tahun ke depan, kami berniat membangun hingga lima rumahsakit," imbuh Wong. Sebagian besar rumahsakit tersebut akan berdiri di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Mengenai lokasi tepatnya, Wong belum bisa mengungkapkannya. Sebab, masih sangat tergantung pada izin pembangunannya.Yang pasti, kisaran biaya pembangun rumahsakit tersebut adalah US$ 100.000 per tempat tidur. "Jika ada 100 tempat tidur, maka membutuhkan dana hingga US$ 10 juta," ungkap Wong. Menurut dia, pembangunan rumah sakit tersebut nantinya akan mendatangkan nilai tambah bagi LPKR. Pertimbangannya, bisnis rumahsakit masih sangat menjanjikan. Namun, Wong masih enggan buka-bukaan soal seberapa besar kontribusi bisnis pelayanan kesehatan itu bagi pendapatan Lippo Karawaci di masa depan. Jaminkan dua anak usaha Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan LPKR kemarin, mereka akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPLB) demi meminta persetujuan pemegang saham pada 3 Mei nanti. Sebab, ini termasuk dalam kategori transaksi material. Nantinya, surat utang ini akan mendapat jaminan dari dua anak usaha LPKR, yakni PT Sentra Dwimandiri (SDM) dan PT Wisma Jatim Propertindo (WJP). Pada kedua anak usahanya itu, LPKR memiliki mayoritas saham sebesar 99,9%. "Penjaminannya termasuk aset yang dimiliki oleh kedua anak usaha Lippo tersebut," imbuh Wong. Sentra Dwimandiri adalah perusahaan yang bergerak pada industri perdagangan, pembangunan, pertambangan, pertanian, percetakan dan jasa. Di akhir 2009, jumlah aset perusahaan yang didirikan pada 15 September 1993 ini sebesar Rp 2,5 triliun.Sedangkan Wisma Jatim adalah perusahaan yang bergerak pada industri real estate. Jumlah aset perusahaan ini Rp 3,23 triliun.
Reza Nugraha, Analis Bhakti Securities, mengatakan, perusahaan properti saat ini memang sedang gencar mencari pendanaan agar tak ketinggalan menikmati pertumbuhan industri. Menurut dia, rencana pengembangan rumahsakit yang dilakukan LPKR ini merupakan langkah yang tepat. Syaratnya, rumahsakit itu menyasar kelas menengah ke atas. Maklum, selama ini banyak orang Indonesia yang berobat ke luar negeri. "Jika yang disasar kelas menengah ke bawah akan sangat sulit," katanya. Reza yakin surat utang yang diterbitkan LPKR ini akan terserap pasar. Syaratnya, bunga yang ditawarkan LPKR kompetitif. "Kalau bunga di atas 8% saya yakin akan ada yang menyerap," katanya. Sepanjang 2009, LPKR membukukan pendapatan Rp 2,56 triliun. atau naik 0,47% dari pendapatan 2008 yang Rp 2,55 triliun. Laba bersih LPKR juga tumbuh tipis 4,6% dari Rp 370,8 miliar menjadi Rp 388 miliar. Kamis (1/4) lalu, harga saham LPKR naik 1,67% menjadi Rp 610 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can