JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mempertahankan proyeksi BI rate pada akhir 2015 di posisi 7,5%. Ini terkait masih tingginya ketidakpastian eksternal yang dapat mendorong arus modal keluar dan pelemahan nilai tukar. Dalam Laporan Perekonomian dan Perbankan Oktober, LPS menjelaskan, ketidakpastian eksternal ini terutama bersumber dari kebijakan moneter AS dan gejolak di pasar keuangan global. Meski demikian, imbangan risiko terhadap prospek suku bunga ke depan sedang mengarah ke bawah, sejalan dengan membaiknya prospek inflasi dan neraca berjalan pada tahun ini. Pada 15 Oktober lalu, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan policy rate pada level 7,5%. Di saat yang sama, bunga deposit facility dan lending facility juga ditetapkan kembali masing-masing di level 5,5% dan 8%. BI mengungkapkan kembali fokus kebijakan jangka pendeknya pada upaya stabilisasi nilai tukar, memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah, serta memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing. Bank sentral juga melihat adanya pelemahan tekanan pada stabilitas ekonomi makro, sehingga terdapat ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter. Ruang untuk pelonggaran kebijakan ini juga didukung oleh inflasi dan defisit neraca berjalan yang sangat terkendali. Inflasi sepanjang 2015 diperkirakan berada di bawah titik tengah target inflasi yang sebesar 4%. Sedangkan, defisit neraca berjalan diprediksi mencapai 2% PDB pada akhir tahun ini, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Proyeksi BI rate LPS diperkuat oleh Proyeksi Besaran Ekonomi Makro dan Perbankan Terpilih. Dari data ini, LPS merinci, BI rate diproyeksikan bertahan pada level 7,5% dan akan tetap berada pada level itu hingga 2016. Dalam data ini juga diungkapkan proyeksi inflasi 2015 akan menyentuh 4% dan naik jadi 5,1% di 2016. Sementara rupiah akan berada pada level 14.100 per Dollar AS akhir 2015 dan 14.000 per dollar AS pada 2016.
LPS: BI rate tetap 7,5% sampai 2016
JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mempertahankan proyeksi BI rate pada akhir 2015 di posisi 7,5%. Ini terkait masih tingginya ketidakpastian eksternal yang dapat mendorong arus modal keluar dan pelemahan nilai tukar. Dalam Laporan Perekonomian dan Perbankan Oktober, LPS menjelaskan, ketidakpastian eksternal ini terutama bersumber dari kebijakan moneter AS dan gejolak di pasar keuangan global. Meski demikian, imbangan risiko terhadap prospek suku bunga ke depan sedang mengarah ke bawah, sejalan dengan membaiknya prospek inflasi dan neraca berjalan pada tahun ini. Pada 15 Oktober lalu, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan policy rate pada level 7,5%. Di saat yang sama, bunga deposit facility dan lending facility juga ditetapkan kembali masing-masing di level 5,5% dan 8%. BI mengungkapkan kembali fokus kebijakan jangka pendeknya pada upaya stabilisasi nilai tukar, memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah, serta memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing. Bank sentral juga melihat adanya pelemahan tekanan pada stabilitas ekonomi makro, sehingga terdapat ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter. Ruang untuk pelonggaran kebijakan ini juga didukung oleh inflasi dan defisit neraca berjalan yang sangat terkendali. Inflasi sepanjang 2015 diperkirakan berada di bawah titik tengah target inflasi yang sebesar 4%. Sedangkan, defisit neraca berjalan diprediksi mencapai 2% PDB pada akhir tahun ini, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Proyeksi BI rate LPS diperkuat oleh Proyeksi Besaran Ekonomi Makro dan Perbankan Terpilih. Dari data ini, LPS merinci, BI rate diproyeksikan bertahan pada level 7,5% dan akan tetap berada pada level itu hingga 2016. Dalam data ini juga diungkapkan proyeksi inflasi 2015 akan menyentuh 4% dan naik jadi 5,1% di 2016. Sementara rupiah akan berada pada level 14.100 per Dollar AS akhir 2015 dan 14.000 per dollar AS pada 2016.