LPS: Ekonomi lesu picu lonjakan kredit nganggur



JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut, masih tingginya tren kredit yang belum ditarik (undisbursed loan) terutama karena kondisi ekonomi yang belum pulih. Debitur besar biasanya melihat kondisi ekonomi dulu sebelum memutuskan untuk mencairkan kredit.

Menurut Kepala Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS, Dody Arifianto, tingginya kredit menganggur ini terutama dipicu kredit investasi dan modal kerja. “Biasanya ketika persetujuan kredit, nasabah diberi pilihan apakah akan langsung mencairkan kredit atau menunda,” ujar Dody, Rabu (7/12).

Beberapa pertimbangan debitur besar sebelum memutuskan mencairkan langsung kredit atau tidak yakni kebutuhan dan cash flow yang ada. Dody memproyeksi, dengan ekonomi tahun depan yang diproyeksi membaik bisa mengurangi undisbursed loan perbankan.


Kredit yang belum ditarik beberapa bank besar menjelang akhir tahun ini masih tinggi. Hal ini bisa dilihat dari data laporan keuangan publikasi bulanan (unaudited) 10 bank besar per Oktober 2016. Berdasarkan catatan KONTAN, sampai Oktober 2016, jumlah kredit yang belum ditarik di 10 bank besar senilai Rp 674,57 triliun atau naik 27,69% year on year (yoy). Kenaikan kredit mengganggur merata di semua bank besar, kecuali Danamon.

Bahkan ada tiga bank yang mencatatkan kenaikan undisbursed loan lebih tinggi dari rata-rata kenaikan kredit menganggur 10 bank tersebut. Ketiganya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Permata Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini