JAKARTA. Perbankan Tanah Air menghadapi tantangan berat di tahun 2014. Bertolak belakang dengan definisi Tahun Kuda yang identik dengan berlari cepat, perbankan malah harus semakin berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Selain terbelit masalah likuiditas seret, perbankan juga menghadapi ancaman kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyatakan, dalam tempo tiga bulan hingga enam bulan mendatang, rasio NPL perbankan bakal naik. Hitungan LPS, potensi kenaikan rasio NPL sebesar 0,5% - 1%. "Perbankan harus melakukan perlambatan penyaluran kredit," kata Kartika. Pemicu kenaikan kredit bermasalah adalah perlambatan ekonomi dan tren kenaikan bunga kredit. Maklum, Bank Indonesia (BI) memperketat moneter lewat kenaikan suku bunga acuan alias BI rate. Catatan BI, rasio NPL nett perbankan masih dalam keadaan sehat atau di bawah 1%, di penghujung akhir tahun 2013.
LPS : kredit bermasalah bank naik 0,5%-1%
JAKARTA. Perbankan Tanah Air menghadapi tantangan berat di tahun 2014. Bertolak belakang dengan definisi Tahun Kuda yang identik dengan berlari cepat, perbankan malah harus semakin berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Selain terbelit masalah likuiditas seret, perbankan juga menghadapi ancaman kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyatakan, dalam tempo tiga bulan hingga enam bulan mendatang, rasio NPL perbankan bakal naik. Hitungan LPS, potensi kenaikan rasio NPL sebesar 0,5% - 1%. "Perbankan harus melakukan perlambatan penyaluran kredit," kata Kartika. Pemicu kenaikan kredit bermasalah adalah perlambatan ekonomi dan tren kenaikan bunga kredit. Maklum, Bank Indonesia (BI) memperketat moneter lewat kenaikan suku bunga acuan alias BI rate. Catatan BI, rasio NPL nett perbankan masih dalam keadaan sehat atau di bawah 1%, di penghujung akhir tahun 2013.