JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) secara akumulatif telah melikuidasi 71 bank sejak 2005 hingga Mei 2016. Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank LPS Ferdinan D Purba dalam paparan kinerja di Jakarta, Kamis malam (9/6), mengatakan 71 bank tersebut terdiri dari 1 bank umum dan 70 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Likuidasi atau penyelamatan tersebut dilakukan terhadap bank yang dikategorikan sebagai bank gagal dan telah dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Jika dilihat dari permodalan, rasio kecukupan modal inti (Capital Adequacy Ratio/CAR) dari bank-bank tersebut minus 209,7%. Sangat tidak sehat," ujarnya. Sebanyak 71 bank yang dilikudiasi tersebut memiliki kondisi kesehatan yang buruk atau juga melakukan kecurangan (
fraud) dan merugikan nasabah. Dari 71 bank yang telah dilikuidasi, kualitas pinjaman juga sangat buruk. Rata-rata rasio kredit bermasalah atau
non-performing loan (NPL) dari 71 bank tersebut mencapai 76,1%. Sedangkan tingkat pencairan asetnya mencapai 138,3%. Dari likuidasi 71 bank tersebut. total simpanan yang telah direkonsiliasi dan diverifikasi mencapai Rp 1,6 triliun. Dari nilai tersebut simpanan yang layak dibayarkan LPS mencapai Rp 1,04 triliun. Ferdinan mengatakan dari 71 bank yang dilikudasi tersebut, 57 bank sudah selesai menjalani proses dilikuidasi. Paling banyak bank yang dilikudiiasi tersebut berlokasi di Jawa Barat (15 bank) dan kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) sebanyak 15 bank. Sisanya menyebar di Sumatera Barat (8 Bank), Lampung (2 bank), Jawa Tengah dan Yogyakarta (7 bank), Jawa Timur dan Bali (5 bank), dan Sulawesi (3 bank).
Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan memperkirakan pada 2016 ini, akan terdapat 8 BPR yang dilikuidiasi. Hingga Mei 2016 saja, sudah dilakukan likuidiasi terhadap lima BPR. LPS juga melaporkan hingga triwulan I 2016, total simpanan yang dilaporkan ke LPS mencapai Rp 4.550 triliun dan 179.821.600 rekening. Simpanan perbankan ini berdampak pada aset LPS. Adapun aset LPS mencapai Rp 66 triliun dengan rata-rata tren pertumbuhan 29,47%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia