KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis perbankan masih berpeluang tumbuh pada tahun 2023 meski dibayangi ancaman resesi global. Namun, kenaikan suku bunga bisa menaikkan biaya kredit dan menghambat himpunan dana pihak ketiga (DPK). Laporan Likuiditas Bulanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan kredit masih akan meningkat secara bertahap seiring pemulihan aktivitas bisnis. Sedangkan pertumbuhan DPK masih akan tumbuh dengan laju yang lebih lambat. Pertumbuhan penyaluran kredit bank juga diperkirakan masih akan dilakukan secara selektif dengan pengelolaan pencadangan yang memadai. Perpanjangan relaksasi kredit restrukturisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 2023 bisa mengurangi tekanan neraca perbankan.
Baca Juga: BI Kerek Bunga Lagi, Bunga KPR BCA Belum Naik Tahun Ini “Berlanjutnya peningkatan permintaan kredit akan menjadi tantangan bagi bank dalam mengelola likuiditasnya sekaligus tetap menjaga pertumbuhan kredit yang sehat,” mengutip Laporan LPS, Minggu (25/12). Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan tren kenaikan suku bunga yang berpotensi menaikkan risiko kredit dan menekan likuiditas. Namun ia melihat industri perbankan masih bisa mengelola tantangan tersebut dengan baik. “Berdasarkan asesmen terhadap rencana bisnis bank (RBB) yang sudah dikompilasikan, kredit 2023 akan tumbuh di seluruh sektor, dengan mesin utama sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor industri pengolahan,” papar Dian. Ia menyatakan dominasi penyaluran kredit pada tahun depan akan banyak dikucurkan untuk modal kerja. Ia memproyeksikan himpunan dana pihak ketiga (DPK) tetap naik dengan pertumbuhan tertinggi pada tabungan dan giro. “Secara pengelompokan, Kredit dan DPK diproyeksikan tumbuh di seluruh kelompok KBMI dengan kontribusi terbesar KBMI 4. Pengelolaan risiko masih akan dilakukan secara prudent,” tambah Dian. Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan kredit bisa tumbuh 10% hingga 12% secara tahunan pada 2023. Sedangkan untuk 2022 tumbuh 9% sampai 11%. Bank BCA memproyeksikan kredit tumbuh 12% secara tahunan pada 2023. Target tersebut meningkat dari target perseroan tahun ini yang ditetapkan berkisar 8% hingga 10%. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan beberapa faktor yang dinilai akan mendorong kredit. Pertama, akan terjadi kenaikan cost of goods sold (COGS) atau komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa. Lantaran kenaikan row material untuk menyediakan barang-barang yang akan dijual dan juga karena kenaikan biaya tenaga kerja. Sehingga, perbankan harus memberikan kepada para agen tersebut. Kedua, minat investasi sudah mulai ada. Menurut Jahja, era bunga tinggi akan terjadi tahun depan, namun pada akhir 2023 bunga akan cenderung flat dan pada tahun 2024 akan kembali mereda. Dengan proyeksi tersebut, consumer good diperkirakan akan semakin laku pada 2024. Ketiga, BCA melihat sektor pertambangan dan perkebunan sawit atau CPO masih akan menarik tahun depan.
Baca Juga: Naik 10%, Penyaluran Kredit Perbankan Tembus Rp 6.317,7 Triliun Per November 2022 Sementara Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA, mengatakan permintaan kredit investasi terutama banyak dari sektor logistik, telekomunikasi, farmasi, petrokimia dan baja. Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan menyatakan masih menyusun RBB, namun ia berharap kredit bisa tumbuh dua digit di 2023. Ia melihat ada potensi di berbagai sektor seperti downstreaming industri nikel, telekomunikasi, kesehatan, utilities, dan food and beverage. Riset Bank Mandiri memproyeksikan kredit perbankan secara nasional bisa tumbuh 10,1% dan DPK naik 7% hingga 8% pada tahun 2023.
Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan berharap kredit bisa tumbuh 8% hingga 9% di 2023. Motornya masih dari ritel seperti KPR dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dan UMKM. “Tantangan 2023 ada biaya dana bisa menjadi lebih tinggi karena ekonomi global tidak menentu. Ini mungkin saja menekan potensi pertumbuhan pinjaman, paling tidak sementara,” ujarnya kepada KONTAN. Ia berharap dari sisi politik bisa tetap kondusif pada tahun politik di 2023 mendatang. Adapun per November 2022, kredit CIMB Niaga tumbuh 12%. Lani menyatakan kredit tersebut tumbuh di seluruh sektor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi