KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi tahun ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan sedikit berada di bawah pertumbuhan kredit. Pasalnya, Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menilai kondisi likuiditas perbankan saat ini terpantau cukup longgar. Kendati demikian, LPS menyebut hal tersebut masih sangat bergantung dari jumlah permintaan kredit kepada perbankan serta pertumbuhan ekonomi makro. "Kalau pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,3% tentu pertumbuhan kredit akan mengikuti, ada percepatan sedikit," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (18/1). Sementara untuk DPK, Halim menyebut hal ini dapat tercermin dari laju peningkatan pendapatan masyarakat. Pun, LPS yakin secara persentase laju DPK akan tumbuh di bawah kredit. "Bank punya kecenderungan kalau sudah cukup untuk ekspansi kredit, bank tidak akan ngotot mencari DPK," ujarnya. Selain masih likuidnya kondisi perbankan, Halim juga menyebut tren di tahun 2018 akan ada banyak opsi pendanaan selain dari perbankan seperti melalui pasar modal. Benar saja, menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penghimpunan dana lewat pasar modal di tahun 2017 mencapai Rp 264 triliun, angka tersebut jauh melampaui target sebesar Rp 217 triliun. Menurutnya, kondisi suku bunga simpanan perbankan yang saat ini terpantau melandai di tahun 2017 juga berpotensi untuk berlanjut di tahun 2018. Alhasil, hal tersebut dinilai LPS menjadi salah satu faktor lebih lambatnya laju pertumbuhan DPK dibanding dengan kredit perbankan tahun 2018. "Tahun ini antara pendanaan bank dan pasar modal akan tergantung perkembangan suku bunganya. Kalau suku bunga naik maka (pendanaan) akan kembali ke bank," ungkapnya. Adapun, tahun ini LPS memasang target pertumbuhan DPK di kisaran 8% sampai 9% lebih rendah dibandingkan kredit yang dipatok 9% sampai 10%. Sebagai informasi saja, OJK mencatat DPK mencapai Rp 5.288 triliun atau tumbuh 9,35% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara kredit perbankan sampai Desember 2017 tercatat sebesar Rp 4.782 triliun atau tumbuh sebesar 8,35% yoy. Pertumbuhan intermediasi perbankan juga diikuti dengan tren penurunan suku bunga. Sepanjang tahun 2017, suku bunga deposito turun sebesar 65 basis poin (bps), dan suku bunga kredit turun sebesar 77 bps. Berdasarkan capaian tersebut dan dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4% yang ditetapkan Pemerintah di tahun 2018, OJK memperkirakan kredit dan Dana Pihak Ketiga perbankan berpotensi untuk tumbuh di kisaran 10%-12%. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan optimisme untuk memacu pertumbuhan turut diperlihatkan pula oleh pelaku industri jasa keuangan, sebagaimana tercermin dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2018, yang menargetkan ekspansi kredit dan DPK masing-masing sebesar 12,23% dan 11,16%. "Kami melihat hal ini masih dalam batas wajar karena beberapa debitur masih dalam proses restrukturisasi yang dilanjutkan perbankan untuk memitigasi peningkatan risiko kredit," ujar Wimboh. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
LPS: Tahun ini kredit bakal tumbuh lebih tinggi dibanding DPK
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi tahun ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan sedikit berada di bawah pertumbuhan kredit. Pasalnya, Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menilai kondisi likuiditas perbankan saat ini terpantau cukup longgar. Kendati demikian, LPS menyebut hal tersebut masih sangat bergantung dari jumlah permintaan kredit kepada perbankan serta pertumbuhan ekonomi makro. "Kalau pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,3% tentu pertumbuhan kredit akan mengikuti, ada percepatan sedikit," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (18/1). Sementara untuk DPK, Halim menyebut hal ini dapat tercermin dari laju peningkatan pendapatan masyarakat. Pun, LPS yakin secara persentase laju DPK akan tumbuh di bawah kredit. "Bank punya kecenderungan kalau sudah cukup untuk ekspansi kredit, bank tidak akan ngotot mencari DPK," ujarnya. Selain masih likuidnya kondisi perbankan, Halim juga menyebut tren di tahun 2018 akan ada banyak opsi pendanaan selain dari perbankan seperti melalui pasar modal. Benar saja, menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penghimpunan dana lewat pasar modal di tahun 2017 mencapai Rp 264 triliun, angka tersebut jauh melampaui target sebesar Rp 217 triliun. Menurutnya, kondisi suku bunga simpanan perbankan yang saat ini terpantau melandai di tahun 2017 juga berpotensi untuk berlanjut di tahun 2018. Alhasil, hal tersebut dinilai LPS menjadi salah satu faktor lebih lambatnya laju pertumbuhan DPK dibanding dengan kredit perbankan tahun 2018. "Tahun ini antara pendanaan bank dan pasar modal akan tergantung perkembangan suku bunganya. Kalau suku bunga naik maka (pendanaan) akan kembali ke bank," ungkapnya. Adapun, tahun ini LPS memasang target pertumbuhan DPK di kisaran 8% sampai 9% lebih rendah dibandingkan kredit yang dipatok 9% sampai 10%. Sebagai informasi saja, OJK mencatat DPK mencapai Rp 5.288 triliun atau tumbuh 9,35% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara kredit perbankan sampai Desember 2017 tercatat sebesar Rp 4.782 triliun atau tumbuh sebesar 8,35% yoy. Pertumbuhan intermediasi perbankan juga diikuti dengan tren penurunan suku bunga. Sepanjang tahun 2017, suku bunga deposito turun sebesar 65 basis poin (bps), dan suku bunga kredit turun sebesar 77 bps. Berdasarkan capaian tersebut dan dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4% yang ditetapkan Pemerintah di tahun 2018, OJK memperkirakan kredit dan Dana Pihak Ketiga perbankan berpotensi untuk tumbuh di kisaran 10%-12%. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan optimisme untuk memacu pertumbuhan turut diperlihatkan pula oleh pelaku industri jasa keuangan, sebagaimana tercermin dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2018, yang menargetkan ekspansi kredit dan DPK masing-masing sebesar 12,23% dan 11,16%. "Kami melihat hal ini masih dalam batas wajar karena beberapa debitur masih dalam proses restrukturisasi yang dilanjutkan perbankan untuk memitigasi peningkatan risiko kredit," ujar Wimboh. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News