KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan kembali menjadi sorotan. Pengoperasian kereta ringan tersebut berhenti mendadak pada Jumat (10/8) lalu di Stasiun Bumi Sriwijaya (Busri). Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) LRT Sumsel, Suranto mengatakan, kejadian berhenti mendadak LRT Sumsel itu disebabkan adanya permasalahan persinyalan pada saat pengoperasian. Setelah kejadian tersebut, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian bekerja sama dengan stakeholder terkait telah melakukan penyelidikan serta mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
"Pada saat kejadian, sistem persinyalan terus menunjukkan indikator merah yang artinya ada gangguan, padahal LRT siap untuk melanjutkan perjalanan dan jalur yang akan dilalui LRT tersebut sudah
clear," kata Suranto dalam keterangan resminya yang dikutip Senin (13/8). SDM Perkeretaapian yang bertugas kemudian, lanjut Suranto, melakukan pengecekan terkait permasalahan yang ada. Setelah melakukan pemeriksaan dan pengecekan secara seksama ditemukan permasalahan bahwa sistem persinyalan yang terdapat pada Visual Display Unit (VDU) di Stasiun Busri mengalami Overheat (menjadi terlalu panas karena suhu yang tinggi di luar batas normal). Sistem persinyalan sebagai bagian dari fasilitas operasi LRT Sumsel, berfungsi untuk memandu perjalanan LRT. Fasilitas ini dikendalikan oleh SDM Perkeretaapian yang bertugas memantau VDU yang terdapat di setiap stasiun. Perjalanan LRT Sumsel yang dikemudikan oleh masinis, wajib mematuhi rambu serta notifikasi yang terdapat pada fasilitas persinyalan ini. Apabila persinyalan sudah memberikan panduan berjalan, maka masinis akan menjalankan LRT, akan tetapi apabila persinyalan masih memberikan panduan berhenti, maka masinis tidak akan menjalankan LRT tersebut. Ketika ada permasalahan dengan persinyalan, demi keamanan dan keselamatan, maka operasional LRT Sumsel ini diberhentikan sementara waktu, hingga permasalahan tersebut dapat diatasi yakni dengan melakukan resetting (penyesuaian kembali) terhadap sistem persinyalan tersebut agar dapat berjalan dengan normal kembali. Menyikapi beberapa permasalahan yang terjadi pada pengoperasian LRT Sumsel ini, kata Suranto, Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perkeretaapian telah membentuk dan mengadakan posko pengawasan dan pengendalian dengan melibatkan stakeholder terkait untuk memberikan respons yang cepat dan tepat apabila di kemudian hari terjadi permasalahan pada pengoperasian LRT ini.
"Adapun SDM yang bertugas pada posko tersebut terdiri atas jajaran Ditjen Perkeretaapian, Dinas Perhubungan Provinsi Sumsel, PT.KAI (Persero), PT. Waskita Karya, INKA dan LEN. Diharapkan dengan adanya kegiatan posko ini, permasalahan operasional yang terjadi dapat diminimalisir," kata Suranto. Sebagai Informasi, LRT Sumsel ini merupakan LRT pertama yang dibangun di Indonesia dan 95% merupakan komponen lokal, mulai dari prasarana, fasilitas persinyalan dan operasi, stasiun, hingga sarana LRT. Faktor keselamatan dan keamanan tetap menjadi faktor utama dari awal pengerjaan, hingga operasional LRT Sumsel seperti yang sudah berjalan. "Untuk itu, Pemerintah memohon pengertian kepada masyarakat untuk tetap memberikan dukungannya kepada karya putra-putri terbaik Indonesia ini. Segala kekurangan yang terdapat pada LRT Sumsel ini merupakan masukan yang positiif bagi pengembangan perkeretaapian Indonesia, khususnya LRT di waktu mendatang." tambah Suranto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia