JAKARTA. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menilai para kandidat calon presiden seharusnya tidak perlu takut untuk mengangkat isu minoritas. Selama ini, para kandidat capres tidak pernah menyinggung soal isu minoritas lantaran takut divonis publik. Padahal, masyarakat Indonesia sudah cukup toleran akan keberadaan kelompok-kelompok minoritas."Belum ada satu pun capres yang secara terbuka berani mengangkat isu soal minoritas. Mereka takut akan dihukum publik dengan anggapan publik akan lebih setuju pada capres yang punya tendensi mayoritas," ujar Adjie, Minggu (23/12), dalam jumpa pers di kantor LSI Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta.Adjie membandingkan dengan gaya kampanye Barrack Obama yang berani mengangkat isu pernikahan sesama jenis. Meski menuai kontroversi, ternyata kampanye Obama itu sesuai dengan anggapan publik yang menyetujui adanya pernikahan sesama jenis itu."Isu pluralisme merupakan concern publik Indonesia. Walaupun capres-capres kita belum berani menampilkan wajah pluralis. Harusnya tidak perlu khawatir karena publik cukup toleran," kata Adjie lagi.Hasil survei LSI menunjukkan, mayoritas publik tidak suka akan perilaku diskriminasi. Penganut agama mana pun juga mendukung adanya perlindungan keberagaman baik agama maupun suku di Indonesia. Survei yang dilakukan LSI ini dilakukan dengan menggunakan metode quick poll. Survei dilakukan pada 14-17 Desember 2012 dengan menggunakan teknik pengambilan sampel multistage random sampling. Ada 440 responden di semua provinsi di Indonesia yang dilibatkan dalam ruvei ini dengan margin of error +- 4,8%."Publik ternyata mendukung semangat anti diskriminasi. Ini kabar baik yang ingin merawat kebhinekaan. Capres ke depan harus selevel Soekarno dan Gus Dur dalam komitmen merek mengukuhkan keberagaman Ideologi dan etnis. Kita tidak ingin capres yang meruntuhkan keberagaman," ucap Adjie. Dari survei itu, setidaknya ada 88,84% responden yang menilai agama mana pun harus diperlakukan sama. Hanya 9,16% yang menilai penganut agama mayoritas harus diperlakukan istimewa. Sisanya, sebanyak 2,01% menjawab tidak tahu. Selain itu, sebanyak 93,04% responden juga menilai suku atau etnis mana pun harus diperlakukan sama. Hanya 5,22% yang menilai warga dari suku mayoritas harus diperlakukan lebih istimewa, dan sisanya 1,74% menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.(Icha Rastika/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
LSI: Capres tak perlu takut angkat isu minoritas
JAKARTA. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menilai para kandidat calon presiden seharusnya tidak perlu takut untuk mengangkat isu minoritas. Selama ini, para kandidat capres tidak pernah menyinggung soal isu minoritas lantaran takut divonis publik. Padahal, masyarakat Indonesia sudah cukup toleran akan keberadaan kelompok-kelompok minoritas."Belum ada satu pun capres yang secara terbuka berani mengangkat isu soal minoritas. Mereka takut akan dihukum publik dengan anggapan publik akan lebih setuju pada capres yang punya tendensi mayoritas," ujar Adjie, Minggu (23/12), dalam jumpa pers di kantor LSI Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta.Adjie membandingkan dengan gaya kampanye Barrack Obama yang berani mengangkat isu pernikahan sesama jenis. Meski menuai kontroversi, ternyata kampanye Obama itu sesuai dengan anggapan publik yang menyetujui adanya pernikahan sesama jenis itu."Isu pluralisme merupakan concern publik Indonesia. Walaupun capres-capres kita belum berani menampilkan wajah pluralis. Harusnya tidak perlu khawatir karena publik cukup toleran," kata Adjie lagi.Hasil survei LSI menunjukkan, mayoritas publik tidak suka akan perilaku diskriminasi. Penganut agama mana pun juga mendukung adanya perlindungan keberagaman baik agama maupun suku di Indonesia. Survei yang dilakukan LSI ini dilakukan dengan menggunakan metode quick poll. Survei dilakukan pada 14-17 Desember 2012 dengan menggunakan teknik pengambilan sampel multistage random sampling. Ada 440 responden di semua provinsi di Indonesia yang dilibatkan dalam ruvei ini dengan margin of error +- 4,8%."Publik ternyata mendukung semangat anti diskriminasi. Ini kabar baik yang ingin merawat kebhinekaan. Capres ke depan harus selevel Soekarno dan Gus Dur dalam komitmen merek mengukuhkan keberagaman Ideologi dan etnis. Kita tidak ingin capres yang meruntuhkan keberagaman," ucap Adjie. Dari survei itu, setidaknya ada 88,84% responden yang menilai agama mana pun harus diperlakukan sama. Hanya 9,16% yang menilai penganut agama mayoritas harus diperlakukan istimewa. Sisanya, sebanyak 2,01% menjawab tidak tahu. Selain itu, sebanyak 93,04% responden juga menilai suku atau etnis mana pun harus diperlakukan sama. Hanya 5,22% yang menilai warga dari suku mayoritas harus diperlakukan lebih istimewa, dan sisanya 1,74% menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.(Icha Rastika/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News