JAKARTA. Harga karet kembali naik. Di Tokyo Commodity (Tokom), harga karet untuk pengiriman Desember 2009 sudah mencapai 1,75% menjadi 232 yen per kilogram. Jika dihitung sejak awal bulan ini, harga karet sudah naik 2,65%.
Sayangnya, kenaikan harga karet tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Pasalnya, menurut Analis Bahana Securities Alfi Fadhliyah, harga karet tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Tahun ini, rata-rata harganya US$ 1.500 per ton. Sedangkan tahun lalu mencapai US$ 2.500 per ton. "Makanya, LSIP tak mendapatkan keuntungan dari penjualan karet," tegasnya, kemarin. Alfi juga memprediksi, penjualan karet LSIP tahun ini akan menurun 15% menjadi 19.440 ton. Padahal, jika harga karet lebih tinggi dari tahun lalu, kinerja perusahaan tahun ini kemungkinan masih bisa tertolong. Maklum, karet memberikan kontribusi sebesar 12% bagi total pendapatannya. Yang lebih miris lagi, saat harga karet turun, harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga anjlok. Menurut hitungan Alfi, rata-rata harga CPO tahun ini sebesar US$ 600 per ton. Padahal, tahun lalu harganya sekitar US$ 800 per ton. Penurunan harga CPO tidak diimbangi oleh peningkatan produksi LSIP. Tahun ini, kemungkinan, produksi CPO perusahaan ini menurun 2% dibandingkan tahun lalu menjadi 347.000 ton. Bahkan, pabrik yang baru selesai dibangun LSIP tahun ini tak akan banyak mendongkrak produksinya. "Kemungkinan baru tahun depan (kenaikannya)," ujar Alfi. Sekadar informasi, LSIP telah merampungkan pembangunan pabrik baru pada Juli 2009. Perusahaan perkebunan ini juga berancang-ancang membangun lagi satu pabrik pengolahan CPO pada tahun depan. Pabrik tersebut kemungkinan berlokasi di Sumatra Selatan atau di Kalimantan Timur. Kini, LSIP masih menghitung kebutuhan dana untuk pembangunan pabrik pengolahan CPO tersebut. "Perkiraan kami sekitar Rp 90 miliar sampai Rp 100 miliar," ungkap Benny Tjoeng, Direktur Utama LSIP, belum lama ini. Hingga kini, LSIP telah memiliki 11 pabrik pengolahan kelapa sawit. Total kapasitas seluruh pabrik itu mencapai 405 ton per jam.
Sementara itu Analis Reliance Securities, Gina Novrina Nasution, bilang, produksi CPO LSIP tahun ini akan sama dengan tahun lalu. Pasalnya, para produsen CPO harus mengurangi produksinya agar harga komoditas ini bisa stabil. Sedangkan produksi karet tahun ini diperkirakan menurun 10% menjadi 20.583 ton. Dengan kondisi tersebut, Gina memperkirakan laba bersih LSIP tahun ini turun 20% dari pencapaian tahun lalu Rp 928 miliar. Sedangkan Alfi menghitung, pendapatan LSIP tahun ini anjlok 23,7% dari Rp 3,8 triliun menjadi Rp 2,9 triliun. Tentunya, laba bersih perusahaan ini juga akan melorot 36,5% menjadi Rp 589 miliar. Alfi merekomendasikan tahan saham LSIP dengan target harga Rp 8.800 per saham. Sedangkan Gina merekomendasikan beli dengan target Rp 9.200 per saham. Kemarin, harga LSIP naik Rp 150 menjadi Rp 7.750 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan