JAKARTA. Sepanjang Januari hingga April 2010 lalu, ekspor timah dari Indonesia ke Belanda melejit. Kendati kinerjanya biru, namun baiknya ekspor timah ini justru mendapat sorotan dari pemerhati lingkungan dari Indonesia maupun Belanda, yaitu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Friends of the Earth Netherlands. Mereka khawatir akan dampak dari penambangan pasir timah di lepas pantai (offshore) yang berpotensi merusak koral laut dan ekosistemnya.“Kami meminta agar dilakukan pengurangan pengerukan timah di pantai dan laut setidaknya 50% dari kondisi sekarang untuk kepentingan nelayan, dan konservasi alam,” kata Berry Nahdian Forqan, Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Sementara itu, menurut Berry, melalui Duta Besar Indonesia di Belanda Junus Effendi Habibie, Friends of the Earth Netherlands minta Indonesia mengurangi produksi timah dari Bangka Belitung. “Mereka (Friends of the Earth Netherlands) sudah menyampaikan keberatannya ke Duta Besar RI di Belanda,” jelas Berry.Tak cukup itu saja, Friends of the Earth Netherlands juga meminta pembeli timah dari Belanda untuk mengurangi pembelian timah dari Indoensia. Perusahaan yang diminta itu adalah perusahaan Philips dan Corus. “Namun perusahaan tersebut menyatakan mereka tidak tahu secara pasti asal timah yang mereka (Philips dan Corus) gunakan,” jelas Berry.Belanda merupakan Negara pembeli timah terbesar ketiga selama Januari April 2010 setelah Singapura dan Malaysia. Selama Januari sampai April tersebut, Belanda setidaknya mengimpor timah dari Indonesia sebanyak 1.293,62 ton atau senilai dengan US$ 22.057.669.Secara volume, ekspor timah ke Belanda selama kuartal I tahun 2010 tersebut mengalami kenaikan drastis dibandingkan tahun 2009 lalu. Data ekspor Timah ke Belanda pada tahun 2009 lalu hanya mencapai volume sebesar 402,73 ton, sedangkan secara nilai hanya US$ 6.966.970. Sementara sampai April 2010, volume ekspor timah ke Belanda sudah mengalami kenaikan tiga kali lipat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
LSM Indonesia dan Belanda Minta Kurangi Pengerukan Timah
JAKARTA. Sepanjang Januari hingga April 2010 lalu, ekspor timah dari Indonesia ke Belanda melejit. Kendati kinerjanya biru, namun baiknya ekspor timah ini justru mendapat sorotan dari pemerhati lingkungan dari Indonesia maupun Belanda, yaitu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Friends of the Earth Netherlands. Mereka khawatir akan dampak dari penambangan pasir timah di lepas pantai (offshore) yang berpotensi merusak koral laut dan ekosistemnya.“Kami meminta agar dilakukan pengurangan pengerukan timah di pantai dan laut setidaknya 50% dari kondisi sekarang untuk kepentingan nelayan, dan konservasi alam,” kata Berry Nahdian Forqan, Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Sementara itu, menurut Berry, melalui Duta Besar Indonesia di Belanda Junus Effendi Habibie, Friends of the Earth Netherlands minta Indonesia mengurangi produksi timah dari Bangka Belitung. “Mereka (Friends of the Earth Netherlands) sudah menyampaikan keberatannya ke Duta Besar RI di Belanda,” jelas Berry.Tak cukup itu saja, Friends of the Earth Netherlands juga meminta pembeli timah dari Belanda untuk mengurangi pembelian timah dari Indoensia. Perusahaan yang diminta itu adalah perusahaan Philips dan Corus. “Namun perusahaan tersebut menyatakan mereka tidak tahu secara pasti asal timah yang mereka (Philips dan Corus) gunakan,” jelas Berry.Belanda merupakan Negara pembeli timah terbesar ketiga selama Januari April 2010 setelah Singapura dan Malaysia. Selama Januari sampai April tersebut, Belanda setidaknya mengimpor timah dari Indonesia sebanyak 1.293,62 ton atau senilai dengan US$ 22.057.669.Secara volume, ekspor timah ke Belanda selama kuartal I tahun 2010 tersebut mengalami kenaikan drastis dibandingkan tahun 2009 lalu. Data ekspor Timah ke Belanda pada tahun 2009 lalu hanya mencapai volume sebesar 402,73 ton, sedangkan secara nilai hanya US$ 6.966.970. Sementara sampai April 2010, volume ekspor timah ke Belanda sudah mengalami kenaikan tiga kali lipat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News