LTLS menawarkan kupon 9,18%-10,2%



JAKARTA. PT Lautan Luas Tbk (LTLS) menawarkan obligasi berkelanjutan dengan total nilai Rp 1,2 triliun. Untuk tahap pertama, LTLS menerbitkan Rp 700 miliar.

LTLS menerbitkan obligasi ini dalam dua seri. Seri A bertenor lima tahun dengan kisaran kupon 9,18% - 9,9% per tahun. Sedangkan, seri B bertenor tujuh tahun dengan kupon 9,5% - 10,2% per tahun. "Untuk penawaran, seluruhnya kami tawarkan di pasar domestik," ujar Novita Lubis, Direktur Bahana Securities, kemarin. Bahana dan BCA Sekuritas menjadi penjamin emisi obligasi LTLS.

Direktur Utama BCA Sekuritas Mardy Susanto mengatakan, obligasi ini memperoleh peringkat A- dari Pemeringkat Efek Indonesia. LTLS akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk membayar utang obligasi dan bank. Per 31 Maret 2013, LTLS memiliki utang bank jangka pendek Rp 1,58 triliun.


Masa penawaran awal obligasi berkelanjutan tahap I berlangsung 17 Mei - 30 Mei 2013. LTLS berharap mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 10 Juni sehingga penawaran umum bisa dilakukan pada 12 Juni - 14 Juni.

Herman Santoso, Operations & Support Director LTLS bilang, obligasi tenor tujuh tahun sengaja diterbitkan untuk menarik investor. Instrumen ini menawarkan kupon lebih tinggi ketimbang seri yang bertenor lima tahun. "Ini akan memberikan variasi dan diharapkan akan mendapatkan respon positif dari pasar," kata Herman.

Desmon Silitonga, analis obligasi Milenium Danataman Asset Management menduga, dana obligasi yang akan digunakan untuk membayar utang akan membawa sentimen negatif bagi investor. Rasio utang atau debt to equity ratio (DER) LTLS mencapai 2,7 kali di kuartal I. Artinya, obligasi ini memiliki risiko cukup tinggi sehingga investor diperkirakan bakal meminta kupon yang lebih tinggi.

Desmon memperkirakan, kupon obligasi akan ditetapkan sekitar 100 basis poin hingga 150 basis poin di atas imbal hasil surat utang negara (SUN) acuan bertenor lima dan tujuh tahun. "Tentu hitungan ini bisa berubah, tergantung pada penawaran yang masuk. Saya sih menduga bisa lebih tinggi lagi mengingat kondisi neracanya juga kurang menarik. Sehingga akan membuat investor meminta kupon lebih tinggi," papar Desmon.

Ia menambahkan, investor yang bisa masuk ke obligasi ini relatif terbatas. Investor asuransi tidak dapat masuk karena peringkat obligasi yang hanya A-. "Ada aturan asuransi bisa masuk dengan minimal perngkat obligasi A. Dengan demikian, obligasi ini akan dibeli oleh institusi yang memang berani mengambil risiko dengan kupon yang sedikit lebih premium," kata Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati