JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menggodok ketentuan pelonggaran aturan rasio kredit atas nilai agunan alias
loan to value (LTV) kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Kebijakan itu dinilai melicinkan penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN). Dampak pelonggaran LTV akan berdampak besar terhadap
BBTN. Apalagi, sebagian besar KPR adalah segmen menengah ke bawah. Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada memproyeksikan, penyaluran kredit
BBTN mampu tumbuh 18% apabila terbantu pelonggaran LTV. "Dengan pelonggaran LTV, permintaan kredit perumahan bisa tumbuh cukup tinggi," ucap Reza kepada KONTAN, Senin (25/5).
Kinerja emiten yang berkonsentrasi pada kredit rumah tinggal ini tampak terpuruk pada tahun lalu. Namun di kuartal I-2015, kinerja
BBTN mulai membaik. Laba
BBTN tumbuh 17,9% menjadi Rp 402,26 miliar. Sementara kredit naik 16,9% menjadi Rp 120,15 triliun. Analis Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja dalam riset 13 Mei 2015 mengatakan, kinerja
BBTN akan meningkat signifikan pada sisi operasional dan kualitas aset di tahun ini. Dia menilai, peningkatan aset, rendahnya kredit bermasalah (NPL), serta penurunan
cost of funds dapat memicu margin bunga bersih atau
net interest margin (NIM)
BBTN semakin mekar. Analis Bahana Securities Teguh Hartanto dalam riset 7 Mei mengatakan,
BBTN dapat menata ulang pendanaan guna meningkatkan NIM yang melampaui 5% tahun ini. Ia memperkirakan, kredit
BBTN akan meningkat 16%. Apalagi
BBTN menguasai 28% dari pasar KPR domestik untuk rumah bersubsidi dan non-subsidi. Teguh memperkirakan, pendapatan
BBTN mampu menjulang 39,5% dengan laba naik 10,3%. Sementara Tjandra memprediksikan, laba bersih
BBTN akan tumbuh 16% pada tahun ini. Tahun depan, dia menyebut laba
BBTN bisa tumbuh 34% karena ada potensi kenaikan margin, pertumbuhan aset, dan penurunan NPL. Apalagi,
BBTN mendapat keuntungan dari program Sejuta Rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Tak cuma melalui fokus di KPR,
BBTN menekankan pada peningkatan pinjaman non-perumahan dengan menghentikan jalur Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Teguh mengkhawatirkan,
BBTN menghadapi risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kenaikan suku bunga acuan kelak. Reza menambahkan, saat ini tantangan
BBTN adalah menekan NPL. Pada kuartal I-2015, NPL gross
BBTN meningkat dari 4,74% menjadi 4,78%. Dia memproyeksikan, NPL gross
BBTN tahun ini di 4,8%-5%.
BBTN juga perlu memperhatikan likuiditas. Sebab
loan to deposit ratio (LDR)
BBTN di 109,71%. Ketiga analis merekomendasikan beli. Tjandra menaikkan target menjadi Rp 1.500 dari Rp 1.300. Sedangkan Teguh menaikkan dari Rp 1.200 jadi Rp 1.250. Dan Reza memasang target di Rp 1.260. Harga BBTN turun 2,05% di Rp 1.195, di Senin (25/5). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa