Luas kedelai sulit bertambah



JAKARTA. Penambahan areal luas lahan kedelai masih seret. Tahun ini, pemerintah menargetkan tambahan areal lahan kedelai seluas 228.000 hektare (ha). Namun, sampai semester pertama tahun ini, pemerintah hanya berhasil menambah luas areal lahan kedelai sebanyak 16.000 ha, atau baru 7,02% dari target. Maman Suherman, Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi-Umbian tambahan areal lahan itu berasal dari wilayah Jawa Barat, Banten, DI Yogjakarta, Aceh dan Nusa Tenggara Barat (NTB). "Masing-masing di Banten dan Yogjakarta, ada tambahan seluas 5.000 hektare (ha)," kata Maman, Jumat (21/6). Sisanya penambahan areal lahan kedelai akan dikebut pada semester dua tahun ini.Kendati luas areal lahan masih minim, Maman optimistis target produksi kedelai sebesar 1,5 juta ton bisa terpenuhi. Alasannya, produktivitas tanaman kedelai milik petani naik dari 1,1 ton menjadi 1,4 ton per ha. "Ini kan belum panen jadi belum bisa diprediksi, puncak panen baru terjadi Juli sampai Agustus," kata Maman.Selain kenaikan produktivitas, Maman optimis banyak petani kedelai tertarik untuk menanam karena pemerintah sudah menetapkan harga Rp 7.000 per kilgoram (kg) di tingkat petani. "Biasanya petani hanya mendapat harga Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per kg," kata Maman. Benny Kusbini, Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional (DKN) mengatakan produksi kedelai tahun ini masih sama dibanding tahun lalu. Ia pesimis dengan tambahan areal luas lahan. Tanpa penambahan areal luas lahan sulit bagi produksi kedelai untuk bertambah. Akibatnya, angka impor masih sama dibandingkan tahun lalu."Tahun ini saya yakin kita tidak akan impor kurang dari 1,8 juta ton kedelai," ujar Benny. Sampai kuartal pertama tahun ini produksi kedelai 194.088, atau hanya naik 3% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu.Yus'an, direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) mengatakan produksi nasional kedelai terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. Pada 2009, produksi kedelai sebesar 975.000 ton, pada 2012 produksi kedelai hanya 783.000 ton.Penurunan produksi tersebut, kata Yus'an karena tidak ada tambahan areal lahan. “Seperti Aceh, dulu dikenal sebagai penghasil kedelai cukup besar. Sekarang sudah tidak termonitor. Lampung juga, sekarang sudah beralih ke kelapa sawit,” ungkap Yus'an.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Fitri Arifenie