Luas panen menyusut, BPS catat produksi beras turun menjadi 31,31 juta ton pada 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras Indonesia di 2019 mencapai 31,31 juta ton. Angka ini turun 7,75% dari produksi beras di 2018 yang mencapai 33,94 juta ton.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, hasil produksi beras ini merupakan konversi gabah kering giling (GKG)  menjadi beras, dimana angka konversi yang digunakan sebesar 64,02%.

Baca Juga: BI sebut inflasi Januari 2020 yang sebesar 0,39% relatif terkendali


Sementara itu, produksi GKG di 2019 juga turun 7,76% menjadi 54,6 juta ton. Penurunan ini, kata Suhariyanto, merupakan dampak dari menurunnya luas panen padi di 2019 menjadi 10,68 juta ha dari 11,38 juta ha di 2018.

"Tahun 2019 terjadi penurunan luas panen padi sebesar 6,15%, [penurunan] lebih karena cuaca yang ekstrem baik karena banjir di awal tahun maupun kemarau panjang. Ini tidak kita inginkan dan Kita harap di 2020, cuaca akan lebih berpihak pada kita," ujar Suhariyanto, Selasa (4/2).

Menurut Suhariyanto, penurunan produksi GKG terjadi di seluruh sentra produksi, seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat hingga Sulawesi Selatan.

Terlihat pula pola panen yang berbeda antara 2019 dengan 2018. Pasalnya, pada 2018, puncak panen hanya terjadi di Maret dengan produksi GKG sebesar 9,68 juta ton. Sementara, pada 2019, puncak panen tersebar di Maret dan April dengan produksi GKG masing-masing 9,17 juta ton dan 8,94 juta ton.

Meski terjadi penurunan produksi beras akibat cuaca, Suhariyanto mengatakan Indonesia masih mencatat surplus beras di 2019.

Baca Juga: Kementan catat total luas lahan baku sawah saat ini sebesar 7,46 juta hektare

"Produksi beras kita di 2018 sebanyak 33,94 juta ton dan pada 2019 adalah 31,31 juta ton. Satu catatan yang perlu diperhatikan bahwa kebutuhan beras kita sekitar 29,6 juta ton, jadi dengan membandingkan  produksi beras dengan konsumsi yang ada, pada 2018 kita masih mengalami surplus 4,37 juta ton, sementara di 2019 kita mengalami surpus beras 1,53 juta ton," kata Suhariyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi