Luhut: Indonesia Bersiap Jadi Produsen Anoda Terbesar Kedua di Dunia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (MenkoMarves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengakui bahwa keputusan pelarangan ekspor bijih nikel berpotensi menyebabkan kerugian sebesar US$ 1,5 miliar.

Namun, Luhut menegaskan bahwa keputusan tersebut, yang diambil oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), dianggap tepat untuk menegaskan posisi Indonesia di kancah global.

kita semua sama-sama menyaksikan bagaimana dampak sebuah teladan kepemimpinan dalam keberanian yang beliau tunjukkan, satu per satu membuahkan hasil," jelas Luhut dalam keterangan resmi, di instagram pribadinya, Jum'at (9/8). 


Luhut menyebutkan bahwa selain peningkatan nilai ekspor nikel, Indonesia kini bersiap menjadi produsen anoda terbesar kedua di dunia. Negara ini juga sedang membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) dan berperan penting dalam rantai pasok industri baterai.

Baca Juga: Harga Logam Industri Tertekan Suramnya Ekonomi China, Bagaimana Prospek ke Depan?

Menurut Luhut, keputusan untuk menghentikan ekspor bijih nikel sesuai dengan pepatah Jawa "Jer Basuki Mawa Beya," yang berarti kesejahteraan membutuhkan pengorbanan.

Meski menghadapi tekanan dan berbagai gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Luhut menilai bahwa kebijakan ini memberikan dampak yang lebih besar dari yang diperkirakan.

"Ini menandakan bahwa kebijakan larangan ekspor bijih nikel telah memberikan efek signifikan. Kita patut bersyukur karena memiliki pemimpin yang berani mengambil keputusan penting meski ada risiko," tambah Luhut.

Ia juga menekankan bahwa kebijakan ini menunjukkan kemampuan Indonesia dalam mengelola kekayaan alam secara mandiri dan membuka jalan menuju kemakmuran yang lebih besar bagi bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .