JAKARTA. Pemecahan nilai saham atau stock split sejatinya memiliki dua tujuan utama. Yakni mengembalikan harga ke "trading range" dan meningkatkan likuiditas saham di pasar. Contohnya, saat stock split PT Astra International Tbk (ASII). Harga ASII saat itu sudah di luar trading range yaitu di Rp 70.000. Akibatnya, tidak banyak investor yang bisa membeli 1 lot ASII. Nah, dengan stock split, harga saham bisa terjangkau bagi investor ritel. Dengan begitu, secara otomatis, likuiditas setelah stock split meningkat. Selain nilai saham, tidak ada yang berubah pasca stock split. Tapi, riset menunjukkan, investor sering mempersepsikan stock split sebagai sinyal bahwa prospek perusahaan bagus, sehingga harga saham terus menanjak. Dus, setelah stock split, biasanya investor lebih tertarik mengoleksi saham.
Lukas Setiaatmadja: Stock split tambah likuiditas
JAKARTA. Pemecahan nilai saham atau stock split sejatinya memiliki dua tujuan utama. Yakni mengembalikan harga ke "trading range" dan meningkatkan likuiditas saham di pasar. Contohnya, saat stock split PT Astra International Tbk (ASII). Harga ASII saat itu sudah di luar trading range yaitu di Rp 70.000. Akibatnya, tidak banyak investor yang bisa membeli 1 lot ASII. Nah, dengan stock split, harga saham bisa terjangkau bagi investor ritel. Dengan begitu, secara otomatis, likuiditas setelah stock split meningkat. Selain nilai saham, tidak ada yang berubah pasca stock split. Tapi, riset menunjukkan, investor sering mempersepsikan stock split sebagai sinyal bahwa prospek perusahaan bagus, sehingga harga saham terus menanjak. Dus, setelah stock split, biasanya investor lebih tertarik mengoleksi saham.