Lukisan bordir yang bernilai ekonomi tinggi



Seni melukis ternyata bukan hanya memadukan antara kanvas dan cat air. Lihat saja yang dilakukan Hery Suhersono. Sejak tahun 2000, dia memperkenalkan teknik lukisan dengan menggunakan bordir. Kendati masih belum sepopuler lukisan cat, lukisan bordir juga bernilai tinggi. Dia bisa menjual lukisan bordir hasil karyanya seharga Rp 150 juta.Berkreasi dalam dunia seni adalah bentuk pembebasan ekspresi bagi setiap seniman. Dengan berkreasi, hasil karya yang dihasilkan pun murni dari pemikiran dan ide kreatif para seniman itu. Inilah yang dilakukan Hery Suhersono.Pria yang berprofesi sebagai desainer busana di Cirebon, Jawa Barat, ini menciptakan sebuah kreasi di dunia seni lukis. Ketika pada umumnya lukisan didominasi dengan menggunakan media kanvas dan diaplikasikan dengan cat lukis, Hery mencoba menciptakan lukisan dengan teknik jahitan bordir. "Lukisan bordir ini merupakan ekspresi pembebasan jiwa seni saya," cetusnya. Hery memang gemar melukis sejak kecil. Lantaran kerap memenangi berbagai lomba lukis semasa kanak-kanak, dia dijuluki pelukis cilik saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kecintaannya terhadap seni lukis tak memudar, kendati ia sempat menekuni ilmu ekonomi di pendidikan tingkat tinggi. Hery terus menempa hobinya tersebut. Dari hobinya itu pula, dia bisa mengombinasikan kreativitas dalam bisnis yang dijalankannya. Pada tahun 2000, Hery menemukan inspirasi untuk mengaplikasikan sebuah lukisan dengan kreasi bordir. Ide melukis dengan wahana bordir bermula dari pengalamannya menekuni bisnis busana. Ia berkisah, suatu ketika dirinya kehabisan cat air untuk melukis. Tak kehabisan akal, dia mencoba menggunakan benang yang kerap menumpuk di rumahnya sebagai pengganti cat air.Daripada terbuang percuma, dia berpikir, benang untuk rajutan busana yang dirancangnya dimanfaatkan untuk melukis. "Toh benang-benang itu juga memiliki warna indah yang tak kalah dengan cat air," ujarnya. Dus, berbagai eksperimen dilakukannya selama dua tahun untuk menemukan bentuk lukisan bordir yang layak diperkenalkan ke masyarakat luas. Ia menggunakan berbagai media lukisan, seperti kain, kayu, triplek hingga kulit. Setelah percaya diri dengan hasil karyanya, seni kreasi itu mulai diperkenalkan Hery ke berbagai perguruan tinggi. Di antaranya Insitut Teknologi Bandung (ITB) dan Sekolah Tinggi Ilmu Seni Indonesia. Ketika itu, tujuan utamanya adalah meminta pendapat dan masukan mengenai karya lukisan hasil inovasinya. Ternyata, banyak ahli di universitas itu yang menilai lukisan bordirnya sangat indah untuk ditampilkan sebagai karya seni rupa murni (pure art). Seni rupa murni itu sendiri berarti mengacu pada karya yang hanya untuk tujuan pemuasan ekspresi pribadi. Bukan tanpa alasan Hery mencoba memperkenalkan hasil karyanya kepada khalayak umum. Di matanya, seni lukis bordir lebih indah dari seni lukis dengan cat air. Sebab, hasil lukisan bordir memiliki detail yang bagus dan bertekstur. "Sementara cat lukis itu tidak memiliki tekstur," imbuhnya. Ia mengklaim, semua lukisan bordirnya adalah hasil kerajinan tangan. Mesin bordir manual yang digunakan hanya untuk membantu memasukkan benang ke dalam media lukisan. "Mesin bordir komputer tidak bisa melakukan seni ini," katanya.

Dalam sebulan, Hery bisa menciptakan dua hingga tiga lukisan. Dengan dalil proses pembuatannya yang rumit dan butuh waktu, dia pun membanderol setiap lukisan bordirnya dengan harga cukup tinggi. Harga lukisan bordir berkuran 100 centimeter (cm) x 80 cm dijual minimal Rp 5 juta per unit. Sedangkan lukisan dengan gambar beragam sekitar Rp 35 juta. "Tiap orang memiliki apresiasi berbeda terhadap hasil karya seni. Ini yang membuat harga jual lukisan bordir menjadi sangat luas," kata Hery.Bahkan, lanjutnya, sebuah lukisan bordirnya pernah dibeli oleh seorang menteri dengan harga Rp 150 juta. Lukisan berukuran 1,5 x 1 m tersebut dibeli ketika dipamerkan di Bentara Budaya pada 2007. "Selain ada ada nilai ekonomi, di dalam lukisan bordir juga ada investasi abadi," kata Hery.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi