Lukisan kayu makin laku saja



Sebagai sebuah karya seni, lukisan kayu atau wood painting banyak diminati karena memiliki nilai seni yang tinggi. Selain di dalam negeri, karya para seniman wood painting ini diminati juga di pasar mancanegara. Dalam sebulan, omzet mereka bisa mencapai Rp 75 juta.Lazimnya, aktivitas melukis selalu dilakukan di atas kanvas. Tapi, seiring peningkatan kreativitas para seniman, kini, selain di kanvas, aktivitas melukis juga bisa dilakukan di atas banyak media lain. Salah satunya yang mulai populer adalah melukis di atas kayu atau wood painting. Kendati sedang populer, melukis di atas kayu tidak semudah membubuhkan lukisan di atas kanvas. Melukis di atas kayu memiliki kerumitan dan keunikan tersendiri. Kemiskidi, salah seorang pelukis kayu, menganggap melukis di atas kayu lebih sulit ketimbang di kanvas. Sebab, sebagai sebuah media lukis, permukaan kayu cenderung tidak rata. “Kalau prosesnya mungkin agak sama, menggambar begitu. Tapi, ini harus tekun mengikuti pola kayu agar gambar tidak rusak dan bisa cocok dengan media kayu yang dipakai,” jelasnya.Ia menekuni seni lukis ini sejak 1988 di bawah bendera usaha Sanggar Peni yang bermarkas di Yogyakarta. Selain sebagai hiasan dinding, karya lukisannya juga banyak dijadikan produk suvenir, seperti gantungan kunci dan wayang. Selain itu, ada juga yang dijadikan sebagai perabotan rumah tangga seperti mangkuk piring, asbak, dan wadah tisu. Selama ini, ia cenderung mengembangkan motif batik pada setiap lukisannya. Di luar batik, ada juga motif lain seperti bunga dan binatang. "Tapi, saya sengaja mengedepankan motif batik untuk lebih mempopulerkan batik sebagai bagian dari budaya Indonesia," kata Kemiskidi.Jenis kayu yang dipilihnya sebagai media lukis kebanyakan adalah kayu sengon. Biasanya, ia membeli kayu tersebut masih dalam keadaan gelondongan. Kayu itu kemudian dipotong dan dibelah. Kemudian, ia membuat sesuai pola yang diinginkan. Setelah polanya terbentuk, kayu lalu dihaluskan agar bisa lebih mudah dilukis. Demi mendapatkan ciri khas, Kemiskidi selalu menggunakan pewarna batik untuk mempercantik gambar yang dibuatnya.Berkat kreativitas ini, produk buatan Kemiskidi berhasil memikat pasar lokal dan mancanegara. Ia mengaku, pelanggannya berasal dari kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Bali. Bahkan, ada juga eksportir yang membeli produknya. Oleh eksportir tersebut, produknya dipasarkan ke sejumlah negara di Eropa, Amerika, Australia, Timur Tengah, Malaysia dan Singapura. Dari karyanya ini, Kemiskidi bisa meraup omzet hingga Rp 75 juta per bulan. Pemain lainnya adalah Abdul Aziz, pemilik Sentral Meubel Jepara yang mulai menekuni seni lukis kayu sejak tahun 2007. Menurutnya, lukisan kayu memiliki nilai seni tinggi sehingga banyak diminati. Selama ini, ia banyak membuat lukisan kayu untuk pajangan. Lukisan kayunya memiliki ukuran mulai dari 30 centimeter (cm) hingga 2 meter. "Salah satu karya kami adalah kerajinan relief, mulai dari dua dimensi hingga tiga dimensi," jelasnya.Selain untuk pajangan, ia juga banyak membuat lukisan kayu pada produk mebel. Kebetulan, ia juga memiliki usaha pembuatan mebel di Jepara.Pria 29 tahun ini memproduksi beragam mebel, seperti meja, kursi, lemari, hingga tempat tidur. Pada setiap produk mebelnya itu, ia membubuhkan kreasi ukiran dan motif lukisan batik. Hasil karyanya itu kebanyakan bersifat custom atau sesuai pesanan atau keinginan para pelanggan.Ia membanderol hasil karyanya mulai Rp 500.000-Rp 5 juta per unit. Dalam sebulan, ia bisa menjual lima sampai sepuluh lukisan dan mebel, dengan omzet Rp 15 juta-Rp 20 juta per bulan. Laba bersihnya sekitar 20% dari omzet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi