JAKARTA.PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) akan fokus mengurangi beban bunga pinjaman di tahun depan. Langkah ini mereka lakukan agar neraca keuangan UNSP semakin ringan. Salah satu cara mengurangi beban utang adalah mencari pendanaan berbunga lebih rendah. Andi W Setianto, Investor Relations Bakrie Sumatera mengatakan, UNSP akan memilih penarikan pinjaman bank dan menerbitkan surat utang berbunga rendah untuk refinancing utang berbunga mahal. "Bunga utang yang baru ditarik agak mahal, jadi kami upayakan untuk refinancing," ujar dia, Jumat (21/12). UNSP harus bekerja ekstra keras untuk keluar dari membengkaknya beban keuangan tahun ini. Maklum, Juli 2012 lalu, UNSP menarik utang berbunga cukup tinggi. Perusahaan sawit milik Grup Bakrie mencairkan pinjaman dari NDB Agent Limited senilai US$ 199,9 juta.
Pinjaman itu digunakan untuk membayar utang obligasi yang jatuh tempo 15 Juli 2012, senilai US$ 150 juta. Sisanya digunakan membayar sejumlah pinjaman dari institusi keuangan dan modal kerja anak usaha. Bunga pinjaman NDB Agent itu sebesar 12% per tahun. Bunga itu lebih tinggi ketimbang bunga obligasi jatuh tempo yakni 10,87%. Akibat utang berbunga mahal tersebut, UNSP di kuartal III tahun ini tidak mencatatkan laba atas penghapusan bunga utang. Padahal, periode yang sama tahun lalu, mereka membukukan laba penghapusan bunga pinjaman sebesar Rp 547,79 miliar. Kinerja buruk Laporan keuangan UNSP semakin buruk karena harus menanggung beban bunga dan keuangan bersih yang nilainya mencapai Rp 309,34 miliar. Kelompok usaha Bakrie ini juga harus menanggung rugi selisih kurs sebesar Rp 148,51 miliar. Padahal, hasil penjualan UNSP di kuartal III tahun ini merosot akibat harga jual minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) yang menurun. Pada laporan keuangan kuartal III 2012, pendapatan UNSP hanya Rp 2,36 triliun. Turun 41,52% year-on-year dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,34 triliun. Tak pelak, laba bersih UNSP sepanjang Januari-September 2012 juga terjun bebas dari Rp 713,69 miliar menjadi hanya Rp 6 miliar. Akibatnya, harga saham UNSP juga terus merosot. Jika awal tahun harga saham UNSP ada di Rp 295 per saham, pada penutupan, kemarin (21/12), harga saham UNSP hanya Rp 93 per saham atau turun 217,02%. Bahkan, pada 10 Desember 2012, harga saham UNSP mencapai titik terendahnya yaitu Rp 87 per saham. Anjloknya harga saham UNSP cukup riskan. Sebab, UNSP punya sangkutan utang yang berkaitan dengan harga saham. Dalam laporan keuangan UNSP Juni 2012 disebutkan, perseroan memiliki utang dalam bentuk wesel bayar yang nilainya setelah diperpanjang sebesar US$ 100 juta. Muasalnya, pada 18 Februari 2010, UNSP menerbitkan wesel bayar dengan jaminan pelunasannya terhubung dengan harga saham. Nilainya sebesar US$ 77,5 juta. Tingkat bunga sebesar 8% per tahun. Wesel itu jatuh tempo pada 1 Maret 2013 mendatang. Pada 2010, UNSP telah melunasi sebagian pinjaman Rp 395,55 miliar.
Namun, pada 4 Februari 2011, UNSP memperbaharui perjanjian dengan fasilitas baru yang nilainya tidak lebih dari US$ 100 juta. Masa jatuh tempo utang itu diperpanjang menjadi tahun 2017. Adapun total kewajiban jangka pendek dan jangka panjang UNSP per 30 September 2012 tercatat Rp 10,68 triliun. Kiswoyo Adi Joe, Managing Partners Investa Saran Mandiri menilai, UNSP hanya melakukan aksi gali lubang tutup lubang. Sementara, fokus dan arah bisnis ke depan justru tidak jelas. Karena itu, ia ragu, UNSP mampu menutup utang itu. Kiswoyo memprediksi, harga saham UNSP akan turun ke Rp 50-Rp 75 per saham. Dia pun merekomendasikan jual saham UNSP. Analis Bahana Securities,Giovanni Aristo juga merekomendasikan jual saham UNSP karena berkinerja lemah. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana