Luncurkan Biografi, Anies mengenang sosok kakek



JAKARTA. Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan mengenang sosok kakeknya, Abdul Rahman Baswedan, sebagai sosok yang penuh keberanian. Sang kakek dianggap sebagai tokoh yang penuh kontroversial.

"A.R Baswedan memang hidup melampaui zamannya. Waktu itu kontroversi sekali karena beliau memutuskan untuk turun kelas. Dari kelas dua orang timur asing, dia turun kelas jadi kelas ketiga orang pribumi di saat Indonesia belum tentu akan merdeka," tutur Anies di sela-sela bedah buku biografi A.R Baswedan "Membangun Bangsa, Merajut Keindonesiaan," di Auditorium Museum Nasional, Jakarta, Kamis (25/9/2014).

Anies menuturkan, sang kakek merupakan sosok yang sangat mencintai Indonesia. Dia menyerukan kepada kaumnya untuk bersatu membantu perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.


Kala itu, kata Anies, anak-anak muda keturunan Arab terpanggil untuk membantu kemerdekaan Indonesia, bahkan mereka membuat partai bernama Partai Arab Indonesia. "Tujuannya Indonesia merdeka. Lalu begitu Indonesia merdeka, maka Partai Arab Indonesia nya dibubarkan," ucap Anies.

Selain sebagai pejuang kemerdekaan, A.R Baswedan juga merupakan seorang jurnalis. Saat Anies kelas 5 SD, dia sering menjadi juru ketik kakeknya saat sedang menulis berita atau membalas surat-surat dari para pembaca.

"Dia selalu mendikte, dan saya yang mengetik. Lalu saya pula yang mengirim ke kantor pos," kenang Anies.

Ada satu kalimat sang kakek yang masih terus diingat oleh Anies Baswedan hingga sekarang. Kalimat tersebut mengenai nasionalisme. "Nasionalisme bukan karena darah, tapi karena pendidikan. Nasionalisme sebuah pilihan. Nasionalisme adalah keyakinan yang dibangun lewat pendidikan," pungkas Anies.

Informasi saja, Abdul Rahman Baswedan adalah kakek dari Anies Baswedan. Dia merupakan seorang wartawan, politikus, pejuang dan seorang Indonesia sejati. Beliau merupakan keturunan Arab yang rela menjadi pribumi dan berjuang bersama rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan.

A.R Baswedan juga turut ikut serta dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), serta pernah menjadi Menteri Muda Penerangan. Terkait buku biografi A.R Baswedan, buku setebal 308 halaman ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan pada tahun 1984 oleh penulis bernama Suratmin. Lalu pada 2014, buku ini ditulis kembali oleh Didi Kwartanada dan diterbitkan oleh Kompas Gramedia. (Fathur Rochman)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie