Luncurkan tabungan digital, Bank Amar tawarkan bunga 10%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah produk digital akan disiapkan PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) guna menopang kinerja intermediasi, khususnya di segmen simpanan tahun ini. Yang paling anyar, Bank Amar telah meluncurkan produk simpanan digital bertajuk Tunaiku Invest pekan lalu.

Ada dua produk Tunaiku Invest yang bisa dimulai dengan minimum simpanan Rp 100.000. Pertama simpanan berjangka bertajuk Max, dan tabungan bernama Flex.

Direktur Utama Bank Amar Vishal Tulsian mengatakan, Tunaiku Invest memberikan bunga paling tinggi di Indonesia kini.


Baca Juga: IPO sukses, Bank Amar belum berencana tambah modal

“Karena baru diluncurkan kami juga memberikan bunga promo sebesar 10% yang akan kami berikan beberapa bulan saja,” katanya di Jakarta, Kamis (9/1).

Meski masa promo habis, Bank Amar sejatinya tetap memberikan bunga yang tinggi. Tunaiku Invest Max memberikan bunga 9% untuk masa simpanan 7 bulan-12 bulan, 8% untuk masa simpanan 4 bulan-6 bulan, dan 7,5% untuk masa simpanan 1 bulan-3 bulan.

Sedangkan Tunaiku Invest Flex memberikan bunga 5% yang bisa diterima nasabah secara harian.

“Hari ini kami juga telah resmi melakukan IPO (initial public offering) dimana tujuannya agar kami makin dipercaya masyarakat. Karena meskipun menawarkan bunga tinggi, tidak mudah untuk menarik nasabah baru,” kata Head of Finance Bank Amar David Wirawan dalam kesempatan yang sama.

Dengan bunga tinggi, likuiditas Bank Amar juga diharapkan bisa melonggar. Maklum, rasio loan to deposit ratio (LDR) Bank Amar tercatat masih tinggi, per September 2019 mencapai 118,55%. Meski demikian, rasio tersebut sejatinya mulai menurun dibandingkan September 2018 yang mencapai 146,42%.

Baca Juga: Besok, Bank Amar mulai tawarkan saham IPO Rp 174 per saham

Hingga Desember 2019, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Amar tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kreditnya. Dari laporan belum teraudit, DPK perseroan tumbuh 67,02% (yoy) menjadi Rp 1,83 triliun, sedangkan kredit tumbuh 50,69% (yoy) menjadi Rp 2,05 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi