Madusari Murni Indah (MOLI) masih wait and see untuk menambah kapasitas baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) mengaku siap jika harus menyuplai banyak kebutuhan bioetanol untuk campuran bahan bakar minyak. Seperti diketahui, pemerintah sebelumnya mewacanakan agar bahan bakar minyak perlahan mulai dicampur dengan porsi kandungan bioetanol yang besar.

"Kalau jadi (menggunakan campuran) bioetanol. Ya kami harus siap tentunya," ujar Arief Goenadibrata, Direktur Utama MOLI kepada Kontan.co.id, Jumat (1/2). Kesiapan tersebut sudah cukup lama dimana perseroan telah berancang-ancang menambah pabrik baru dengan kapasitas produksi 50 juta liter etanol per tahun di Lampung.

Namun demikian, Arief belum bisa bercerita banyak mengenai progress lini baru tersebut, sebab masih dalam tahapan desain dan kajian. "Mau duluan mana, memakai (bahan baku) jagung atau molase," sebutnya.


Belum lagi tahun 2019 ini disertai momentum pemilihan umum, yang membuat manajemen wait and see jika melanjutkan ekspansi ini. Sebab kata Arief, keputusan pemerintahan yang baru dinilai bakal mempengaruhi regulasi yang mengatur penggunaan bioetanol pada bahan bakar.

"Policy-nya bakal seperti apa. Pokoknya jangan sampai salah investasi," terangnya. Untuk itu perseroan tampaknya masih mencoba fokus dengaj kapasitas produksi yang telah eksis saat ini yakni 80 juta liter etanol per tahun.

Sekadar informasi, selama ini sebagian besar bahan baku ethanol produksi MOLI memang berasal dari molase, sehingga pabrik yang sudah ada memiliki banyak tangki dengan daya tampungan 240 juta liter molase setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, untuk menghasilkan 1 liter ethanol jumlah molase yang diperlukan bisa mencapai 3,5 kilogram.

Bisnis etanol dinilai bakal stabil di tahun ini, dari segi demand terus bertumbuh dan MOLI telah diakui sebagai pemain yang cukup besar. Bahkan tak hanya menyuplai pasar lokal, menurut manajemen 40% penjualan MOLI telah diekspor ke beberapa negara.

Mayoritas kata Arief, permintaan di Indonesia dikuasai oleh sektor consumer goods, maka pertumbuhan industri ini juga dipengaruhi sektor tersebut. Selain itu MOLI merasa percaya diri sebab tiap tahun selalu mendapatkan kontrak pembelian yang telah memastikan serapan produksi pabrikan.

Biasanya setiap tahunnya pula harga produk disesuaikan kembali, sehingga meminimalisir beban penjualan perseroan. Kedepan perseroan berencana menggandeng partner dari pabrik-pabrik kecil di luar grup Madusari.

Selama ini beberapa industri kecil masih kesulitan mencari pelanggan, apalagi beberapa pabrikan kata Arief sempat tiarap akibat wacana penggunaan bahan bakar etanol (bioetanol) tak kunjung direalisasikan.

Sementara itu MOLI pada awalnya menargetkan pendapatan sepanjang 2018 kemarin naik sekitar 3% menjadi Rp 1,16 triliun dari pendapatan tahun sebelumnya yang tercatat Rp 1,13 triliun. Menurut Arief pendapatan di tahun 2018 kemarin itu sudah tercapai sesuai harapan, bahkan untuk laba bersih masih kemungkinan lebih tinggi dari pertumbuhan revenue-nya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .