Madusari Murni (MOLI) siap menyuplai bioetanol



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen etanol PT Madusari Murni Indah Tbk mengintip peluang dari kebijakan pemerintah yang mulai mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) berbasis energi fosil. Manajemen Madusari mengaku siap jika harus menyuplai banyak kebutuhan bioetanol untuk campuran BBM.

Demi mengurangi ketergantungan dengan bahan bakar minyak berbasis energi fosil, pemerintah memang menginginkan agar perlahan BBM fosil dicampur dengan kandungan biofuel seperti bioetanol, biodiesel dan biogas.

"Kalau jadi (menggunakan campuran) bioetanol, tentunya kami harus siap," ungkap Direktur Utama PT Madusari Murni Indah Tbk, Arief Goenadibrata, kepada Kontan.co.id, Jumat (1/2).


Sejatinya, emiten berkode saham MOLI di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sudah cukup lama menyiapkan campuran biofuel. Manajemen Madusari telah berancang-ancang menambah pabrik baru di Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 50 juta liter etanol per tahun.

Namun demikian, Arief belum bisa bercerita banyak mengenai progres lini baru tersebut. Sebab, proses pembangunan pabrik tersebut masih dalam tahap desain dan kajian. "Mau duluan mana, memakai (bahan baku) jagung atau molase," sebut dia.

Menanti hasil pemilu

Ihwal rencana ekspansi usaha, Madusari juga tidak ingin grasa-grusu. Sebab, pada tahun ini ada momentum pemilihan umum sehingga manajemen cenderung wait and see. Menurut Arief, keputusan pemerintah yang baru dinilai bakal mempengaruhi regulasi yang mengatur penggunaan bioetanol pada bahan bakar minyak.

"Kebijakannya bakal seperti apa? Pokoknya jangan sampai salah investasi," ungkap Arief. 

Oleh karena itu, manajemen Madusari agaknya masih mencoba fokus dengan kapasitas produksi yang telah ada saat ini, yakni sebesar 80 juta liter etanol per tahun.

Selama ini sebagian besar bahan baku etanol produksi Madusari Murni Indah memang berasal dari molase, sehingga pabrik yang sudah ada memiliki banyak tangki dengan daya tampung 240 juta liter molase setiap tahun. Sebagai perbandingan, untuk menghasilkan 1 liter etanol, jumlah molase yang diperlukan bisa mencapai 3,5 kilogram.

Bisnis etanol dinilai bakal stabil di sepanjang tahun ini. Misalnya, permintaan terus bertumbuh dan Madusari telah diakui sebagai pemain yang cukup besar. Bahkan tidak hanya menyuplai pasar lokal, menurut manajemen, sebesar 40% dari total penjualan MOLI telah diekspor ke beberapa negara.

Menurut Arief, mayoritas permintaan terhadap produk Madusari di Indonesia berasal dari sektor consumer goods. Oleh karena itu, pertumbuhan industri etanol juga bakal dipengaruhi oleh prospek dan pergerakan di sektor consumer goods.

Selain itu, MOLI merasa percaya diri menjalani bisnisnya lantaran setiap tahun selalu mendapatkan kontrak pembelian sehingga telah memastikan penyerapan produksi pabrik etanol mereka.

Biasanya setiap tahun harga produk Madusari juga disesuaikan kembali. Alhasil, kebijakan tersebut meminimalkan beban penjualan Madusari Murni Indah. Ke depan, manajemen MOLI berencana menggandeng mitra, yakni pabrik-pabrik kecil di luar Grup Madusari.

Selama ini beberapa industri kecil memang masih kesulitan mencari pelanggan. Apalagi, sejumlah pabrikan sempat tiarap akibat wacana penggunaan bahan bakar etanol (bioetanol) tak kunjung direalisasikan.

MOLI juga optimistis kinerja keuangan pada tahun lalu tercatat positif. Awalnya menajemen menargetkan pendapatan sepanjang 2018 naik sekitar 3% menjadi Rp 1,16 triliun dari pendapatan tahun sebelumnya Rp 1,13 triliun.

Menurut Arief, pendapatan di sepanjang tahun lalu sudah sesuai harapan, bahkan laba bersih kemungkinan lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi