KONTAN.CO.ID - KOPENHAGEN - Perusahaan perkapalan Maersk (MAERSKb.CO) memperingatkan selain ancaman gangguan keamanan di Laut Mereah, saat ini industri pelayaran global menghadapi tantangan terjadinya kelebihan kapasitas pengiriman kontainer Kondisi ini akan lebih memengaruhi laba perusahaan pelayaran dibandingkan dengan proyeksi awal tahun ini. Meskipun demikian mereka melihat tidak terjadi peningkatan yang besar atas tarif pengiriman akibat gangguan di Laut Merah. Peringatan tersebut, yang juga membuat raksasa pengiriman Denmark ini menunda program pembelian kembali atau buyback sahamnya. Kondisi ini berbeda jauh dengan optimisme investor baru-baru ini tentang sektor pelayaran tersebut.
Pengirim kontainer telah menjadi salah satu saham terbaik di Eropa tahun ini, karena pengalihan jalur kapal setelah serangan terhadap pengiriman oleh militan Houthi di Laut Merah - jalur perdagangan utama - telah meningkatkan tarif pengiriman. Saham Maersk turun 17% pada pukul 13.21 GMT ke level terakhir kali terlihat sebelum gangguan di Laut Merah dimulai pada Desember. Saham rivalnya, Hapag-Lloyd HLAG.DE, turun sekitar 11%. Maersk, seperti perusahaan pengiriman lainnya, telah mengalihkan kapal ke rute yang lebih panjang melalui Afrika. Beberapa analis memperkirakan kondisi ini membuat waktu perjalanan yang lebih lama dan tarif pengiriman yang lebih tinggi akan mengimbangi peningkatan besar dalam kapal kontainer baru yang bergabung dengan pasar. Namun, CEO Maersk Vincent Clerc mengatakan kepada wartawan bahwa sekitar dua kali lipat kapal baru akan masuk ke pasar dibandingkan dengan kapasitas ekstra yang diperlukan untuk mengirim kapal ke sekitar Afrika. Ia memperkirakan, peningkatan laba pengiriman akibat pandemi menghasilkan gelombang pesanan kapal baru. Kapal yang dikirim pada akhir tahun lalu digunakan untuk menutupi kekurangan yang diakibatkan oleh pelayaran yang lebih lama melalui Afrika, tetapi kelebihan kapasitas tersebut hanya akan benar-benar terwujud selama tahun 2024, dan akan terasa pada 2025 dan mungkin masuk ke 2026, kata Clerc. "Kami akan melihat bahwa ada terlalu banyak kapal di dunia dibandingkan dengan jumlah kontainer yang perlu diangkut," katanya. "Bahkan jika setahun dari sekarang kita masih berlayar di selatan Afrika, kelebihan kapasitas dan tekanan pada harga akan tetap ada." Menjadi Barometer Maersk, yang dianggap sebagai barometer perdagangan dunia, mengatakan bahwa mereka mengharapkan laba kotor sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) antara US$ 1 miliar dan US$ 6 miliar tahun ini, dibandingkan dengan US$ 9,6 miliar yang dicapai tahun lalu. Analisis dalam jajak pendapat LSEG pada dasarnya memperkirakan EBITDA sebesar US$ 6,6 miliar tahun ini. "Kami menganggap bahwa panduan akan konservatif, tetapi kami melihat angka-angka ini sebagai cukup pesimis dan sesuai dengan harapan kami sebelum gangguan di Laut Merah," kata analis Jefferies dalam catatan penelitian. Analis-analis di JP Morgan mengatakan bahwa mereka mengharapkan peristiwa di Laut Merah akan meningkatkan laba pada kuartal pertama, tetapi "keadaan umum kelebihan kapasitas kemungkinan akan kembali saat 2024 berlangsung" dan kemungkinan akan terus berlanjut ke 2025.
Maersk mengatakan bahwa sepertiga dari volume kontainer mereka terpengaruh oleh gangguan di Laut Merah. Bulan lalu, perusahaan mencoba untuk melanjutkan pelayaran melalui Laut Merah. Clerc mengatakan bahwa pesan dari Angkatan Laut AS adalah bahwa mereka saat ini tidak dapat menjamin keamanan melalui area tersebut. "Jangan berpikir bahwa hanya karena tidak ada yang terjadi di sana selama seminggu, kita bisa mencoba lagi," katanya. "Kita perlu yakin bahwa hari kita kembali ke Laut Merah, itu karena kita percaya bahwa kita bisa melakukannya secara permanen." Clerc mengatakan bahwa krisis di Laut Merah tidak sebanding dengan skala gangguan yang disebabkan oleh pandemi, ketika tarif pengiriman dan laba pengirim diperkuat oleh beberapa gejolak, termasuk lockdown, perubahan perilaku konsumen, dan penyumbatan. "Pada kasus ini, ini hanya waktu transit yang lebih lama," katanya. "Saat kita mulai berlayar melalui Terusan Suez lagi, harga akan turun seketika."
Editor: Syamsul Azhar