Mahal, pemerintah batasi penyerapan sukuk negara



JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara atau sukuk negara sepi peminat. Total permintaan yang masuk dalam lelang ini hanya Rp 1,99 triliun. Pemerintah menyerap dana Rp 429 miliar, jauh lebih rendah ketimbang target indikatif Rp 1 triliun.

Dalam lelang ini, pemerintah hanya menyerap permintaan instrumen seri project-based sukuk atau PBS005 dan PBS006. Pemerintah memenangkan sukuk seri PBS005 yang jatuh tempo 15 April 2043 sebesar Rp 415 miliar.

Penawaran yield tertinggi yang masuk dari investor untuk seri ini mencapai 10,5% dan yield terendah 8,03%. Imbal hasil rata-rata tertimbang untuk seri ini 8,35%.


Adapun, permintaan yang masuk untuk seri PBS006 yang akan jatuh tempo 15 September 2020 mencapai Rp 20 miliar dengan yield tertinggi 7,78% dan yield terendah 7,09%. Pemerintah kemudian menyerap Rp 14 miliar dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,10%.

Sementara itu, permintaan dua seri sukuk lainnya tidak dimenangkan oleh pemerintah. Seri SPN-S30042014 mengalami total permintaan tinggi sebesar Rp 1,47 triliun dengan yield terendah 5,43% dan yield tertinggi 7%. Seri PBS004 mencatat permintaan Rp 73 miliar dengan yield terendah 8% dan yield tertinggi 8,37%.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa mengatakan, tingginya yield yang diminta oleh investor mengakibatkan pemerintah kurang agresif menyerap lelang. Analisis dia, permintaan yield yang masuk dari investor lebih tinggi sekitar 20 basis poin hingga 200 basis poin dibandingkan dengan fair yield IBPA.

Padahal, di sisi lain, Fakhrul bilang, kondisi pasar tengah membaik. Yield obligasi pemerintah terus bergerak turun seiring masuknya dana asing ke pasar obligasi. "Kondisi tersebut mengakibatkan pemerintah tidak banyak menyerap dana peserta lelang," kata Fakhrul, Selasa (29/10).

Menurut Fakhrul, tingginya permintaan yield oleh investor didorong semakin terbatasnya likuiditas pasar sukuk di pasar primer. Selain itu, suplai sukuk mulai menipis. Hingga akhir tahun, pemerintah hanya menyisakan dua lelang sukuk. "Ini mendorong investor meminta yield yang tinggi untuk mengompensasi risiko," ujar Fakhrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati