Mahalnya mayat untuk praktik mahasiswa kedokteran



JAKARTA. Nyoman (bukan nama sebenarnya), seorang dokter yang dulu pernah berkuliah di fakultas kedokteran di sebuah kampus swasta di Surabaya mengakui permintaan kadaver atau jenazah yang digunakan mahasiswa belajar anatomi di Fakultas Kedokteran, sangat tinggi. Namun, pasokan kadaver tidak selalu ada.

Saat berkuliah, dia mengaku tidak kesulitan mendapatkan kadaver untuk mata kuliah bedah anatomi karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab kampus.

Namun, saat itu hanya ada tiga kadaver yang disediakan kampus dan kemudian menjadi objek praktik beramai-ramai dengan rekannya.


"Ketiganya merupakan mayat tanpa identitas alias Mr X," ujar pria asal Bali itu. "Cuma saya tidak tahu berapa rupiah untuk menebus kadaver itu, " ujarnya.

Dia meyakini tidak ada yang gratis. Nyoman yakin untuk mendatangkan kadaver dibutuhkan dana yang tidak sedikit. "Dengar-dengan sih jutaan ya. Tapi, pastinya saya tidak tahu," ungkapnya.

Informasi yang didapat, satu kadaver bisa dihargai Rp 6 juta sampai Rp 8 juta. Kalau dibagi sepuluh mahasiswa dalam satu kelompok, satu mahasiswa harus merogoh kocek Rp 800.000. Tentu saja ada uang, ada barang. Pasalnya, kadaver tidak selalu ada di ruang pendingin kamar mayat RSU Dr Soetomo.

Peristiwa yang dialami Nyoman ini memang terjadi beberapa tahun lalu. Namun, kondisi ini bisa memberi gambaran jika mayat untuk praktik pada masa depan akan sangat terbatas seiring jumlah mahasiswa yang terus bertambah serta rencana beberapa universitas swasta maupun negeri yang akan membuka fakultas kedokteran umum.

Artinya, kampus-kampus swasta yang ada di Surabaya dan Malang tentu saja harus beradu cepat mendapatkan kadaver untuk media praktikum mahasiswanya.

Bila tidak, bisa jadi media praktikum bedah anatomi dilakukan hanya menggunakan manekin atau boneka atau bedah virtual melalui komputer. (idl/ab/isy/Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan