KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Maharaksa Biru Energi Tbk ingin mencuil peluang bisnis energi terbarukan. Emiten berkode saham OASA tersebut berambisi mengembangkan pabrik biomassa dengan kapasitas hingga 500.000 ton per tahun dalam 3 tahun. Untuk mewujudkan target tersebut, OASA merencanakan pegembangan beberapa pabrik biomassa. Yang eksekusinya dijadwalkan dalam waktu paling dekat ialah pabrik biomassa yang direncannakan berlokasi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk Bobby Gafur Umar, mengatakan bahwa proyek pabrik biomassa di Blora direncanakan memasuki tahapan groundbreaking pada tahun depan, paling lambat di pertengahan 2024.
Kalau tidak ada aral melintang, pabrik tersebut dijadwalkan sudah bisa beroperasi komersial di akhir 2024.
Baca Juga: Biomassa, Langkah Jitu Wujudkan Transisi Energi “(Proses konstruksi pabrik Blora) Cepat, karena ini bukan mesin yang rumit. Mudah-mudahan dalam 6 bulan itu sudah jalan, jadi sebelum akhir tahun (2024) sudah bisa COD (commercial operation date),” tutur Bobby saat ditemui wartawan di kantor Maharaksa, Jakarta pada Rabu (29/11). Menurut rencana, pabrik biomassa OASA di Blora bakal memiliki kapasitas 5.000 ton per bulan, dan akan terus dikembangkan hingga 15.000 ton per bulan. Target perusahaan, pabrik Blora bisa mencapai 60.000 ton per tahun di tahap pertama. Kebutuhan investasi pabrik ini berkisar Rp 50 miliar di tahap pertama. Pengembangan pabrik biomassa Blora direncanakan berlanjut hingga kapasitasnya mencapai 180.000 ton per tahun. Pabrik biomassa yang akan digarap OASA di daerah ini akan menghasilkan woodchip yang nantinya akan dipasok sebagai bahan co-firing untuk PLTU Rembang. Pabrik biomassa OASA di Blora bakal melengkapi proyek berjalan pabrik biomassa OASA lainnya yang sudah lebih dahulu berjalan di Pulau Bangka. Pabrik yang kelak akan terintegrasi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) sudah hampir selesai dibangun. Saat tulisan ini dibuat, kemajuan pengerjaan konstruksinya sudah mencapai 85% dan direncanakan bisa mulai produksi di awal 2024. Selain di Blora dan Bangka, OASA juga berencana mengembangkan pabrik biomassa di beberapa wilayah lain, salah satunya di Banten yang dirancang untuk memasok bahan co-firing PLTU Labuan di Banten kelak. Kebutuhan investasinya diperkirakan sekitar Rp 50 miliar. Selain itu, ada pula rencana mengembangkan pabrik biomassa di Nusa Tenggara Barat (NTB). “Yang tahap prioritas, tahun depan adalah di Blora sama Banten,” kata Bobby. “Untuk di NTB mudah-mudahan juga (bisa mulai dibangun) akhir tahun depan,” imbuhnya lagi. Bukan tanpa alasan OASA melirik peluang bisnis biomassa. Ketertarikan OASA terhadap bisnis biomassa salah satunya berdasar pada rencana PLN untuk memenuhi kebutuhan co-firing di seluruh Indonesia. Program PLN tersebut membutuhkan pasokan biomassa hingga 10,2 juta ton.
Baca Juga: Anak Usaha OASA Bangun Pabrik Wood Chip di Pulau Bangka dan NTB “Kemarin infonya per 2023 baru 1 juta ton dari target 10 juta. Tahun depan PLN itu melalui Energi Primer (PLN EPI) mencoba menaikkan menjadi 2 juta ton,” kata Bobby.
Belum ketahuan berapa total kebutuhan investasi ataupun anggaran yang OASA siapkan untuk membiayai serangkaian agenda ekspansi pabrik biomassa ini. Mengintip laporan keuangan interim perusahaan (tidak diaudit), posisi Kas dan Bank Akhir Periode OASA berada di angka Rp 44,01 miliar per 30 September 2022. Sementara itu, total aset OASA berada di posisi Rp 740,09 miliar per 30 September 2023. Jumlah tersebut terdiri atas ekuitas sebesar Rp 656,54 miliar dan liabilitas Rp 83,54 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi