KONTAN.CO.ID - BALI. PT Maharaksa Biru Energi Tbk (
OASA), perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah dan sampah menjadi energi terbarukan, menjadi salah satu perusahaan energi terbarukan Indonesia yang telah menandatangani perjanjian aliansi strategis dengan Intec Engineering GmbH/SBW Energy GmbH Jerman pada Jumat (11/11). Perjanjian ini merupakan sebuah kerja sama di bidang pengembangan proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia. Dalam prosesi tersebut, hadir Bert Hufener, CEO SBW Energy GmbH yang sekaligus mewakili Intec Engineering GmbH. Penandatanganan kerja sama ini juga disaksikan oleh Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Maritim Dan Investasi.
“Proyek pertama kami adalah pengolahan sampah di DKI Jakarta, senilai 347 juta Euro,” kata CEO/Presiden Direktur Maharaksa Biru Energi Bobby Gafur Umar. Dijelaskan oleh Bobby, Intec yang berbasis di Jerman adalah perusahaan internasional yang sudah diakui untuk desain, manufaktur, dan pengiriman sistem energi, serta unggul untuk pembuatan pembangkit listrik limbah menjadi energi, panas bumi, dan biomassa.
Baca Juga: Maharaksa Biru Energi (OASA) Garap Proyek Rp 7 Triliun, Ini Sumber Pendanaannya Sementara itu, SBW yang juga berbasis di Jerman selama ini dikenal sebagai perusahaan yang memberikan konsultasi manajemen dan manajemen proyek dalam proyek energi terbarukan di seluruh dunia, di bidang hidro, biomassa, kincir angin, panas bumi, dan limbah menjadi energi. Baik OASA maupun mitra-mitranya tersebut akan membentuk aliansi strategis untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia. “Pada tahap awal ini, kami ingin mengembangkan fasilitas pengolahan antara atau
waste to energy di Jakarta, dengan kapasitas 2.000 metrik ton sampah per hari. Fasilitas ini akan menghasilkan listrik sebesar 42 megawatt. Investasi proyek sebesar EUR 347 juta. Kami targetkan sudah bisa
ground breaking di semester I 2023,” ungkap Bobby. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Maharaksa Biru Energi akan berusaha untuk terus mencari dan mengembangkan setiap peluang bisnis energi hijau dan terbarukan di Indonesia, sementara Intec akan menyediakan teknologi yang diperlukan, termasuk desain dan persiapan proyek. Adapun SBW akan memfasilitasi akses ke lembaga keuangan Eropa untuk pembiayaannya. Menurut Bobby, Jerman memiliki keunggulan dalam teknologi pengembangan energi terbarukan. Bobby yang juga Waketum Kadin Indonesia Bidang Perindustrian mengingatkan, sebagai ekonomi terbesar di Eropa dan Asia Tenggara, peluang kerja sama ekonomi Indonesia dan Jerman sangat besar. “Di sektor energi baru dan terbarukan, dan di sektor industri teknologi tinggi,” kata Bobby.
Kerja sama pengembangan energi terbarukan antara Jerman dan Indonesia yang melibatkan pihak swasta menjadi hal yang sangat penting untuk mengejar komitmen Perjanjian Paris, serta memenuhi bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025. Bobby pun menekankan, Indonesia harus memaksimalkan potensi lokal untuk memastikan pengembangan EBT sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia dan tantangan ke depan. Asal tahu saja, Indonesia dan Jerman terus mempererat jalinan kerja sama pengembangan energi terbarukan. Indonesia diharapkan dapat memetik lebih banyak pelajaran dan pengalaman dari Jerman yang telah mampu unjuk-gigi dalam pengembangan teknologi pengembangan energi terbarukan. Pemerintah juga berharap pihak swasta di dalam negeri dapat mengambil peran lebih besar dalam pembangunan berkelanjutan. Menteri Koordinator Bidang Maritim Dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang hadir dalam kesempatan yang sama turut mengingatkan bahwa investasi di bidang pembangunan berkelanjutan sesungguhnya merupakan upaya kolaboratif. Dalam konteks ini, Luhut menekankan pentingnya peran swasta. “Peran swasta menjadi sangat penting dalam membiayai pembangunan berkelanjutan,” katanya. Luhut sendiri hadir menyaksikan penandatanganan 16 perjanjian senilai US$ 5 miliar di Bali, Jumat (11/11), di bidang energi terbarukan dan melibatkan 11 negara. Ini termasuk penandatanganan perjanjian kerja sama antara Maharaksa Biru Energi dengan Intec Engineering GmbH/SBW Energy GmbH Jerman. “Akan lebih banyak lagi kesepakatan dan perjanjian yang akan ditandatangani hingga akhir pertemuan puncak B-20,” imbuh Luhut.
Baca Juga: Maharaksa Biru Energi (OASA) Mendapat Restu Rights Issue Rp 430,32 Miliar Luhut menambahkan, pekerjaan rumah yang sangat panjang saat ini menunggu Indonesia dalam jalan menuju transisi ekonomi yang rendah karbon. Seluruh aspek dan elemen dalam transisi energi di Indonesia harus disediakan dengan cepat. Mulai dari tenaga kerja, teknologi, aksesibilitas ke energi terbarukan, hingga program-program insentif yang semuanya mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon. Lebih lanjut, menghijaukan seluruh sistem catu-daya adalah sebuah panggilan yang harus dijawab oleh Indonesia. Saat ini, sektor industri mengkonsumsi energi 76% bahan bakar fosil. “Emisi dari jaringan listrik kita saat ini tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di dunia. Ini membuat industri Indonesia menjadi kurang kompetitif dalam lanskap ekonomi hijau ini,” ungkap Luhut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari