JAKARTA. Perusahaan-perusahaan perkebunan kayu semakin mudah berjualan kayu. Dulu, menjual kayu selalu dilakukan secara fisik, sekarang tidak lagi. Bahkan, di era online ini, mereka juga bisa menjual kayu via internet. Salah satu contohnya adalah yang dilakukan Perum Perhutani. Dalam dua bulan terakhir, Perhutani mampu menjual sekitar 700 meter kubik (m3) kayu jati senilai Rp 250 miliar melalui mekanisme lelang online.Setiap tahun, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil kayu itu boleh menebang jati hingga 430.000 m3. Dari jumlah tersebut, ebanyak 60% atau setara dengan 258.000 m3 dijual pada semester pertama, dan sisanya pada semester kedua. Selama ini, Perhutani melelang kayu jati di pasar lelang tradisional. Caranya, perusahaan pengelola hutan cap negara ini menghadirkan penawar dan pembeli yang berminat membawa kayu jati.
Cara-cara itu, mulai dikurangi. Belakangan ini Perhutani memodifikasi mekanisme lelang kayu dengan menggunakan sistem online yang diwadahi oleh iPASAR-Electronic Trading System (iPASAR-ETS). Sistem ini memungkinkan penjualan kayu melalui internet. Maka lingkup perdagangannya tidak lagi bersifat lokal tetapi nasisonalnya bahkan global. Pasar diselengarakan oleh swasta. Namun, komoditas yang diperdagangkan di sini mengacu pada kualitas komoditas yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). iPASAR ini berperan sebagai agregator yang mengumpulkan beragam komoditas dari beberapa produsen. Untuk sementara, produk komoditas yang dilelang di iPASAR adalah jagung pipilan dan kayu bundar jati. Namanya juga lelang online, lelang ini dilakukan di dunia maya dari situs iPASAR yaitu www.ipasar.co.id. Lelang ini bisa diikuti oleh siapa saja, mulai dari petani, kelompok tani, koperasi tani, pedagang, pabrikan, BUMN, BUMD, koperasi, perbankan, lembaga keuangan non bank, maupun perantara perdagangan. Transaksi jual dan beli komoditas yang terdaftar dan terjadi akan tercatat di iPASAR-ETS. Catatan saja, selama ini sekitar 80% kayu jati Perhutani dilempar ke pasar ekspor. "Biasanya permintaan ekspor kayu ramai saat memasuki musim panas. Tiap tahun kami ditargetkan memperoleh revenue Rp 2 triliun, " ungkap Ahmad Fachrodji, Direktur Pemasaran dan Produksi Perhutani, Minggu (14/3). Berdasarkan diameter dan kualitas, jenis kayu jati yang diperdagangkan dibagi menjadi tiga. Yaitu, A1 dengan diameter kurang dari 20 cm, A2 dengan diameter antara 20-30 cm dan A3 dengan diameter lebih dari 30 cm. Di antara ketiganya, yang paling banyak terserap di pasaran adalah A3. Itu sebabnya, produksi kayu jenis ini pun mendominasi produksi kayu Perhutani, yaitu mencapai sekitar 40%. Sementara itu, sisanya yaitu A1 dan A2, masing-masing 30%.Soal harga jual, semakin besar diameter gelondongan kayu jati, harga kayu pun semakin mahal. Untuk A1, biasanya dilelang di level harga Rp 1,8 juta per m3, A2 dilelang di level harga Rp 2,5 juta per m3 dan A3 di lelang di level Rp 3,5 juta per m3.Lelang kayu rakyat Direktur iPASAR Dean Novel mengungkapkan, Perhutani melelang kayu bundar jati jenis A2 di iPASAR. Harga penutupan lelang kayu minggu lalu untuk kayu jati milik Perhutani berada di level Rp 3,78 juta per m3, sedangkan pada minggu sebelumnya ditutup di level Rp 3,7 juta per m3. "Lelang kayu A2 yang diperdagangkan adalah kayu bundar jati, pada perdagangan perdana sebanyak 51 m3, berikutnya 71 m3, dan terakhir sekitar 40 m3," kata Novel. Kayu tersebut laku dengan harga rata-rata mencapai Rp 3,7 juta per meter kubik. Berarti, total pendapatan yang berhasil diraup dari lelang online sebanyak 162 m3 kayu jati tersebut mencapai sekitar Rp 599 juta, jauh lebih tinggi daripada pendapatan lelang secara konvensional.
Setelah sukses melelang gelondongan kayu jati di iPASAR, beber Novel, pekan ini Perhutani berniat melelangkan kayu rakyat. Kayu rakyat adalah kayu yang dihasilkan perkebunan masyarakat. Kayu rakyat tengah digemari industri mebel dan furnitur dalam negeri. Maklum, selain lebih murah, kayu rakyat ini juga mulai banyak di pasaran. Contohnya, saat ini produksi hutan rakyat, seperti kayu sengon, menghasilkan volume hingga 3 juta m3 kayu. Hal itu disebabkan kapasitas produksi hutan rakyat meningkat ketimbang sebelumnya yang hanya 2 juta m3. "Dari jumlah itu, 80% diserap oleh industri dalam negeri, sisanya dieskpor dalam bentuk kayu olahan," papar Dirjen Bina Produksi Kehutanan (BPK) Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto. Karenanya, Perhutani giat menggenjot produksi kayunya seiring dengan permintaan industri dalam negeri yang meningkat, khususnya mebel dan hasil kerajinan kayu. Tahun ini, permintaan kayu domestik diprediksi mencapai 2 juta meter kubik n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Test Test