Maja Agung (SURI) Menargetkan Pendapatan Naik hingga 30% Pada 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca IPO, produsen sarung tangan latex PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) menargetkan pendapatan naik 30% untuk 2024. 

Direktur Marketing SURI Engel Stefan mengatakan, pasca IPO ini, SURI menargetkan pertumbuhan naik 30% di tahun depan, hingga berlanjut sampai di tahun 2028. Meskipun saat ini kondisi ekspor produk SURI masih tidak stabil mengingat tensi geopolitik di Timur Tengah masih tinggi.

"Karena SURI ini kan, fokusnya ekspor market, jadi tensi geopolitik ini sangat berpengaruh. Kami masih melihat terus ke depan secara spesifik agar bisa kami ambil celahnya di market ekspor khususnya Amerika," kata Engel saat pencatatan saham perdana, Kamis (7/12).


Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Harga Saham Maja Agung (SURI) Flat

Sebagai emiten produsen sarung tangan berbahan baku lateks, SURI berkomitmen untuk membantu para masyarakat petani kecil. Bekerja sama sebagai Shamrock Group, SURI telah memulai untuk membantu para masyarakat petani karet di Sumatra Selatan dengan bertindak sebagai offtaker atas hasil pertanian karet dan memberikan harga yang kompetitif bagi petani.

"Sustainability dalam hal ini telah menjadi perhatian besar bagi SURI dan Shamrock Group. Sebagai produsen pengguna hasil pertanian karet Maja Agung Latexindo berkomitmen bahwa petani karet berhak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik," tuturnya.

Engel menambahkan, pendapatan SURI mayoritas berasal dari pangsa ekspor Amerika dan akan memperluas pangsa pasarnya ke Eropa.

Baca Juga: IPO di BEI Masih Semarak Tahun Depan, Otoritas Pasang Target Konservatif

Adapun target dana dari aksi korporasi tersebut sebesar Rp 215,36 miliar, di mana penggunaan dananya sebagian besar untuk menunjang dana belanja modal (capex) yang diproyeksikan dapat meningkatkan penjualan dan laba Maja Agung.

Sedangkan, alokasi capex sebesar 3,11% akan digunakan manajemen untuk pembangunan fasilitas pengolahan limbah, dan sekitar 1,53 persennya akan digunakan untuk pengembangan software penunjang operasional.

Berikutnya, dana hasil IPO sekitar 50,55% untuk operational expenditure (opex), dengan rincian 9,61% untuk penambahan daya listrik di area pabrik, dan 40,49% untuk modal kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati