Makan Malam Bikin Gemuk? Cek 5 Fakta dan Mitos Makanan Sehat Ini!



MOMSMONEY.ID - Sebagian orang merelakan perutnya melilit lapar daripada makan malam. Yang umum beredar, makan malam bisa membuat gemuk.  Cek 5 fakta atau mitos mengenai makan sehat di sini, salah satunya terkait makan malam yang bisa membuat gemuk. 

Dokter gizi  dr. Putri Sakti Dwi Permanasari, Sp.GK mengatakan, pola makan sehat mencakup semua unsur gizi yang seimbang yang memenuhi kebutuhan tubuh.  'Gizi seimbang menjadi hal paling penting dalam menerapkan gaya hidup sehat," kata Putri, bersama dengan Tokopedia, seperti ditulis dalam rilis. 

Misalnya, selain karbohidrat sebagai sumber energi utama, tubuh juga membutuhkan sumber zat pembangun dan pengatur lainnya yang bisa didapat dari protein nabati dan hewani. Keduanya juga mengandung lemak yang penting bagi tubuh asalkan dikonsumsi sesuai kebutuhan.


Sekaligus menyambut Hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2024, cek sejumlah mitos dan fakta terkait makan sehat ini dari dr Putri bersama dengan Tokopedia. 

1. Makan malam akan membuat berat badan naik: MITOS

“Faktanya, makan malam tidak akan membuat berat badan naik jika jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari tetap sesuai kebutuhan kalori per orang dan membatasi konsumsi manis dan berlemak," kata Putri. 

Bahkan, kata Putri, seseorang yang sedang menurunkan berat badan disarankan untuk makan malam 2-3 jam sebelum waktu tidur, untuk menghindari risiko asam lambung naik.

2. Mindful eating lebih baik dibanding mengurangi porsi makan: FAKTA

Mindful eating didasarkan pada kesadaran penuh seseorang saat makan. Misalnya, memperhatikan apa saja yang dimakan, besarnya porsi makanan, mengetahui kapan saat lapar dan saat kenyang.

Menurut Putri, mengurangi porsi makan secara berlebihan atau menghindari makanan tertentu demi menurunkan berat badan justru tidak baik. Lebih baik menerapkan mindful eating karena tidak ada makanan yang terlalu baik maupun jahat.

Masyarakat bisa ikut anjuran Kementerian Kesehatan RI dengan membagi piring menjadi tiga bagian, yaitu ½ isi piring diisi oleh sayuran dan buah. Lalu, untuk menu utama, ⅓ isi piring diisi oleh protein hewani (ikan, ayam, daging atau telur) sebanyak 75 gram dan protein nabati (tempe, tahu atau kacang-kacangan) sebanyak 100 gram, serta ⅔ atau 150 gram lainnya diisi oleh sumber karbohidrat seperti beras, kentang atau jagung.

3. Ikuti pola makan sehat yang trending di media sosial: MITOS

Diet yang tepat adalah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, bukan berdasarkan testimonial atau yang sedang trending di media sosial. "Sebelum menjalankan diet, dianjurkan untuk konsultasi ke dokter gizi atau ahli gizi terlebih dahulu,” jelas dr Putri.

Dokter gizi atau ahli gizi dapat mengatur pola diet berdasarkan kondisi tubuh pasien agar kebutuhan makronutrien dan mikronutrien seperti vitamin mineralnya tetap bisa terpenuhi, mengingat diet tidak boleh trial and error.  

4. Olahraga tetap penting untuk mengurangi berat badan: FAKTA Selain menerapkan diet sehat yang telah dianjurkan oleh dokter gizi atau ahli gizi, penting sekali untuk melengkapi gaya hidup sehat dengan berolahraga.

Lakukan olahraga secara rutin, minimal 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang. "World Health Organization (WHO) merekomendasikan berolahraga selama 150 menit tiap minggu olahraga untuk menguatkan massa otot,” ucap Putri.

Pilihlah jenis olahraga kardio intensitas sedang yang seimbang, seperti jalan cepat, renang, atau jogging. Untuk penguatan otot, lakukan olahraga seperti push up, plank, sit up.

5. Boleh makan apa saja saat ‘jendela makan’ ketika jalani intermittent fasting: MITOS

Jendela makan adalah periode waktu di mana kita boleh makan saat melakukan diet-puasa (intermitten fasting). Faktanya, jendela makan saat intermittent fasting adalah waktu untuk memenuhi segala kebutuhan tubuh secara seimbang. 

"‘Bukan bisa makan apa saja, tetapi pemenuhan asupan karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin mineral dengan komposisi secara seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh pada waktu ‘jendela makan’," kata Putri. 

Tujuan dari intermittent fasting adalah mengurangi massa lemak tubuh, bukan menurunkan berat badan saja. Jika massa otot ikut menurun, maka akan menyebabkan seseorang jadi mudah sakit, mudah lelah, rambut rontok, sehingga efek produktivitas menurun. Dia menyarangkan untuk berkonsultasi dengan dokter gizi atau ahli gizi agar intermitten fasting berjalan optimal. 

Kerja sama dengan Tokopedia

Nah, untuk memenuhi hidup sehat, Anda bisa mengandalkan Tokopedia sebagai e-commerce mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Tokopedia mendukung masyarakat menerapkan pola makan sehat dan bergizi melalui berbagai inisiatif. 

Salah satunya adalah dengan menghadirkan Tokopedia NYAM!, dimana tersedia berbagai pilihan makanan dan minuman, termasuk makanan sehat, dari pelaku usaha lokal di seluruh Indonesia.

“Masyarakat juga bisa memanfaatkan Tokopedia NOW! Untuk mendapatkan bahan-bahan makanan yang sehat, mulai dari sayur, buah, daging dan masih banyak lagi, dengan pengiriman yang lebih cepat hingga 2 jam setelah pembayaran,” kata Category Development Senior Lead Tokopedia, Revie Jefta Akhwilla.

Tokopedia melihat, e-commerce semakin diandalkan dalam mendukung pola hidup sehat. Penjualan buah-buahan terus laris manis di Tokopedia. Misalnya, jumlah transaksi buah blueberry naik hampir 3 kali lipat sepanjang Januari-September 2023 dibandingkan periode yang sama di tahun 2022. Sedangkan penjualan pisang di Tokopedia naik lebih dari 2 kali lipat.

Penjualan produk daging sapi lewat Tokopedia meningkat hampir 2 kali lipat. Sedangkan penjualan produk daging ayam di Tokopedia naik hampir 1,5 kali lipat di periode yang sama.

Selama semester I 2023 lalu, kategori Olahraga dan Hobi menjadi salah satu kategori produk yang paling dicari masyarakat melalui Tokopedia. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan saat pascapandemi, animo masyarakat untuk berolahraga cenderung masih tinggi. 

"Demi mempermudah masyarakat mendapatkan peralatan olahraga untuk menunjang hidup yang lebih sehat, Tokopedia memiliki kampanye Tokopedia Sports dengan diskon hingga 75%,” tutur Revie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia