Makanan instan sebabkan diabetes & obesitas



Jakarta. Makanan instan dan cepat saji sudah jadi pilihan banyak orang. Dari konsumen tingkat bayi hingga kakek nenek, sudah banyak produk makanan instan. Padahal, ada bahaya bagi kesehatan jika terlalu sering konsumsi makanan instan dan cepat saji.

Livestrong.com menjelaskan makanan instan dan cepat saji memiliki tiga risiko kesehatan. Simak penjelasannya:

1. Peningkatan risiko diabetes tipe-2


Banyak makanan cepat saji berkalori tinggi tanpa banyak nutrisi. Makanan instan atau cepat saji banyak mengamdung biji-bijian olahan, gula dan lemak jenuh, bahkan lemak trans. Semua ini berkorelasi dengan risiko yang lebih tinggi dari diabetes tipe-2.

Setelah memeriksa kebiasaan makan orang-orang yang tinggal di Singapura, peneliti menemukan bahwa mereka yang hobi makanan cepat saji memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe-2 dan penyakit jantung koroner, demikian laporan sebuah studi di jurnal Circulation tahun 2012.

Makan terlalu banyak gula dan karbohidrat olahan menyebabkan tubuh menghasilka insulin ekstra. Akibatnya, sensitivitas terhadap insulin turun dan tubuh tidak dapat memroses glukosa dengan benar. Kelebihan sisa glukosa dalam darah akan memicu peradangan dan diabetes tipe-2.

Diabetes tipe-2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi makanan cepat saji dan rutin berolahraga.

2. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap obesitas

Sekitar 78.600.000 orang dewasa di Amerika Serikat memenuhi syarat disebut sebagai orang obesitas. Jumlah itu lebih dari sepertiga populasi di sana, demikian dilaporkan Journal of American Medical Association pada tahun 2014.

Obesitas meningkatkan risiko diabetes tipe-2, penyakit jantung, stroke dan beberapa jenis kanker. Juga menimbulkan masalah sleep apnea, batu empedu, tekanan darah tinggi dan Kolesterol tinggi.

Memiliki restoran cepat saji dalam jarak 0,16 km dari sekolah meningkatan kasus obesitas pada remaja sebesar 5,2%. Wanita hamil yang tinggal dalam jarak 0,81 km dari restoran cepat saji, lebih berisiko mendapatkan berat badan yang berlebihan, demikian kata sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Economic Journal 2010.

3. Lemak trans, garam dan rendah gizi

Meskipun Food and Drug Administration (FDA) telah menyerukan larangan penggunaan lemak trans di dalam makanan, dan biasanya kebijakan ini memengaruhi industri makanan di seluruh dunia, kenyataannya masih banyak restauran cepat saji yang menyediakan makanan mengandung lemak trans. Begitupun dengan makanan-makanan instan di swalayan

Lemak trans sangat berbahaya karena meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke. Lemak trans meningkatkan kadar Kolesterol jahat, atau low-density lipoprotein, dan menurunkan kadar Kolesterol baik, atau high-density lipoprotein.

Bahan lain yang banyak digunakan oleh makanan instan dan cepat saji adalah sodium. Mengonsumsi makanan cepat saji membuat Anda mudah kelebihan sodium, yang seharusnya tidak boleh lebih dari 2.300 miligram perhari.

Penggunaan sodium pada makanan instan adalah sesuatu yang umum, sebagai penguat rasa dan menambah rasa gurih. Terlalu banyak garam atau sodium akan berimplikasi terhadap risiko tekanan darah tinggi, stroke dan kesehatan ginjal.

Makanan cepat saji dan makanan instan juga cenderung rendah serat, vitamin penting, mineral dan fitonutrien yang akan mudah Anda dapatkan dari sayuran, buah-buahan dan biji-bijian segar.

Meminimalisir efek

Cara termudah untuk mengurangi dampak kesehatan dari makanan cepat saji adalah dengan menghilangkannya dari rutinitas Anda dan untuk memilih makanan buatan sendiri yang terdiri dari protein, sayuran segar, biji-bijian dan susu rendah lemak.

Jika Anda terpaksa memilih makanan cepat saji, tanyakan informasi nutrisi dari menu-menu yang tersedia. Pilih yang rendah kalori, lemak dan sodium. Aturan yang sama berlaku untuk makanan instan. Baca label pada kemasan untuk mengatahui mana yang rendah lemak, sodium dan kalori.

(Lily Turangan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto