KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa dekade terakhir, pola makan masyarakat modern semakin didominasi oleh makanan ultra-proses (UPF), yang sering kali dianggap praktis dan terjangkau. Namun, berbagai penelitian dan pendapat ahli kini semakin menyoroti bahaya konsumsi makanan ini terhadap kesehatan. Sejumlah ahli nutrisi bahkan mengusulkan agar makanan ultra-proses diperlakukan serupa dengan rokok, dilengkapi dengan label peringatan kesehatan yang mencolok.
Apa Itu Makanan Ultra-Proses (UPF)?
Makanan ultra-proses merujuk pada produk pangan yang telah mengalami banyak tahapan pemrosesan industri dan biasanya mengandung berbagai bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, perasa buatan, dan emulsifier.
Produk ini sering kali jauh berbeda dari bahan makanan aslinya dan telah dirancang untuk memiliki umur simpan yang lebih lama serta rasa yang lebih kuat guna meningkatkan daya tarik konsumen.
Baca Juga: Mengapa Enam Jam Tidur Tidak Cukup Konsumsi makanan ultra-proses telah dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan bahkan kanker. Menurut Dr. Vera Tarman, seorang spesialis dalam pengobatan adiksi, lebih banyak orang meninggal akibat penyakit yang dipicu oleh konsumsi makanan ultra-proses dibandingkan dengan kematian akibat kecanduan obat-obatan tertentu. Hal ini disebabkan karena efek jangka panjang dari makanan ini yang menyebabkan penurunan kesehatan secara bertahap, berbeda dengan dampak akut yang terlihat pada kecanduan narkotika.
Kaitan Makanan Ultra-Proses dengan Kecanduan
Makanan ultra-proses telah terbukti memiliki dampak adiktif yang mirip dengan rokok dan alkohol. Ini karena kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi dalam makanan ini merangsang pelepasan dopamin di otak, yang memberikan rasa puas dan menyebabkan keinginan untuk terus mengonsumsinya. Dr. Martin Carlsson, seorang ahli endokrinologi, menyatakan bahwa makanan ultra-proses menciptakan lingkungan yang mendorong konsumsi berlebih, terutama pada individu yang secara genetik rentan terhadap kelebihan makan.
Jenis-Jenis Makanan Ultra-Proses yang Perlu Diwaspadai
Beberapa jenis makanan ultra-proses yang umum dikonsumsi masyarakat namun memiliki dampak kesehatan yang serius antara lain:
1. Camilan Berbumbu dan Keripik
Camilan seperti keripik dan snack berbumbu sering kali mengandung garam, emulsifier, dan perasa buatan dalam jumlah yang tinggi. Camilan ini dirancang untuk memberikan sensasi rasa yang kuat dan tekstur yang memuaskan, yang tidak ditemukan pada makanan alami. Kombinasi bahan-bahan ini dapat memicu konsumsi berlebih dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular serta hipertensi. Pengganti yang Direkomendasikan: Pilih camilan yang lebih alami seperti biji teratai panggang yang menggunakan minyak zaitun yang lebih sehat sebagai pengganti minyak biji-bijian yang umumnya digunakan dalam produk ultra-proses. Alternatif lain adalah popcorn yang diproses secara minimal tanpa tambahan bahan kimia.
2. Produk Daging Rekonstitusi
Produk seperti sosis, nugget ayam, dan ham sering kali dibuat dari pasta atau daging yang telah diproses secara intensif dengan tambahan emulsifier dan bahan aditif lainnya. Konsumsi rutin daging olahan ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan beberapa jenis kanker. Pengganti yang Direkomendasikan: Konsumsi potongan daging utuh seperti ayam panggang atau sosis organik yang lebih sedikit mengandung bahan tambahan berbahaya. Produk organik cenderung lebih sehat karena tidak menggunakan emulsifier atau pengawet kimia.
3. Minuman Ringan Berpemanis
Minuman ringan yang mengandung gula tambahan, seperti cola dan minuman berenergi, merupakan salah satu penyumbang terbesar asupan gula harian yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan gigi seperti kerusakan gigi dan penyakit gusi. Pengganti yang Direkomendasikan: Sebagai alternatif yang lebih sehat, campurkan air berkarbonasi dengan sirup tanpa pemanis untuk mendapatkan sensasi manis yang lebih aman bagi kesehatan.
4. Sereal Sarapan
Banyak sereal sarapan yang dipasarkan sebagai makanan sehat, tetapi kenyataannya sering kali mengandung bahan tambahan seperti emulsifier, pewarna, dan perasa buatan. Meskipun tampaknya tidak berbahaya, sereal sarapan bisa menjadi salah satu sumber utama makanan ultra-proses dalam pola makan sehari-hari. Pengganti yang Direkomendasikan: Weetabix Organik yang memiliki daftar bahan yang lebih sederhana seperti gandum utuh, barley malt, gula organik, dan garam. Produk ini menawarkan pilihan yang lebih baik dengan kandungan bahan ultra-proses yang minimal.
Baca Juga: Generasi Z & Milenial Wajib Tahu, Ini Rutinitas Penyebab Kolesterol Tinggi Usia Muda Dampak Konsumsi Jangka Panjang Makanan Ultra-Proses
Efek jangka panjang dari konsumsi makanan ultra-proses mencakup peningkatan risiko berbagai penyakit kronis yang secara signifikan dapat menurunkan kualitas hidup. Studi menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi daging olahan saja dapat mengurangi risiko diabetes, penyakit jantung, kanker kolorektal, dan kematian dini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International Agency for Research on Cancer (IARC) bahkan telah mengklasifikasikan daging olahan sebagai penyebab pasti kanker, sebanding dengan rokok dan alkohol.
Peran Kebijakan dalam Mengurangi Konsumsi Makanan Ultra-Proses
Para ahli mendesak perlunya intervensi kebijakan yang lebih ketat untuk mengurangi konsumsi makanan ultra-proses di masyarakat. Ini termasuk peningkatan pelabelan makanan yang lebih informatif, pembatasan pemasaran makanan tidak sehat, dan larangan penjualan makanan ultra-proses di sekolah dan rumah sakit. Untuk melindungi kesehatan kita, penting untuk mulai membatasi konsumsi makanan ultra-proses dan memilih makanan yang lebih alami dan minim pemrosesan. Memasak sendiri makanan dari bahan-bahan segar adalah langkah pertama yang sangat efektif. Selain itu, menjadi lebih kritis terhadap label makanan dan memahami bahan-bahan yang digunakan dalam produk yang kita konsumsi juga dapat membantu kita membuat pilihan yang lebih sehat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .