KONTAN.CO.ID - PANJALU. Waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB. Meski hari sudah gelap, sejumlah peziarah silih berganti berdatangan ke Situ Lengkong, Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Ada juga yang datang berombongan menggunakan bus. Mereka datang dari berbagai daerah. Tak hanya kota sekitar Panjalu seperti Tasikmalaya, Bandung, Garut juga dari Jawa Tengah dan Banten. Seperti tempat ziarah lain, Situ Lengkong buka 24 jam. Malam itu, Jumat, 27 Januari 2023, terlihat beberapa rombongan kecil peziarah duduk berdoa di depan makam Prabu Haryang Kantjana.
Makam ini berlokasi di Nusa Gede atau Nusa Larang, pulau kecil di tengah Situ Lengkong. Nusa Gede adalah cagar alam seluas 9,25 hektare dengan hutan yang sangat rimbun. Di situ terdapat area pemakaman para leluhur Panjalu. Namun yang menjadi tujuan utama peziarah adalah makam Haryang Kantjana atau Eyang Panjalu warga sekitar menyebutnya. Area makam Haryang Kantjana cukup luas. Di makam ini sudah dibuatkan bangunan seperti pendopo yang bisa menampung ratusan peziarah yang ingin berdoa. Untuk menuju Nusa Larang, peziarah harus menaiki perahu motor dari dermaga Situ Lengkong dengan ongkos Rp 10.000 per orang. Atau kalau menyewa perahu sendiri Rp 200.000. Sekitar 10 menit perjalanan sudah sampai di Nusa Gede. Peziarah akan diantarkan sampai persis di gerbang makam. Dan, untuk sampai ke makam Haryang Kantjana, wisatawan masih harus menaiki 88 anak tangga.
Baca Juga: Cerita dari Lereng Gunung & Perbatasan Haryang Kantjana adalah anak kedua dari Prabu Borosngora, seorang penyebar Islam pertama di Sunda bahkan ada yang menyebut di Indonesia. Konon, Borosngora memeluk Islam dan belajar Islam langsung dari Sayyidina Ali, saat ia mengembara mencari ilmu ke Tanah Suci. Setelah kembali pulang ke Panjalu, Borosngora diperintahkan sang ayah Prabu Cakradewa yang seorang Raja Panjalu untuk membendung Legok Jambu. "Setelah dibendung ada airnya. Lalu dicampurkanlah air zam-zam yang dibawa Prabu Borosngora dari Mekkah. Lalu sekarang dikenal jadi Situ Lengkong," cerita Gusmawan, penutur sejarah Panjalu yang juga penanggung jawab Bumi Alit yang ditemui Tim Jelajah Ekonomi Desa KONTAN, 26 Januari 2023 lalu. Bumi Alit adalah tempat penyimpanan benda sejarah Panjalu, salah satunya pedang pemberian Sayyidina Ali untuk Prabu Borosngora. Makam Prabu Borosngora sendiri sampai sekarang masih belum ditemukan. Namun, peziarah berdatangan karena diyakini penyebaran Islam di Nusantara berawal dari Panjalu ini. "Kalau kata Gus Dur, orang yang berhaji pertama di Indonesia ya Borosngora," kata Gusmawan. Saban tahun sekitar 700.000-800.000 wisatawan dari berbagai daerah berkunjung ke Situ Lengkong. Bahkan ada yang datang dari luar negeri, seperti Turki. Bukan cuma peziarah. Ada juga yang datang ke Situ Lengkong Panjalu untuk menikmati keindahan dan kesejukan danau buatan ini. Situ Lengkong berada di lereng atau lembah dengan ketinggian 731 meter di atas permukaan laut memang sejuk. Ada dua gunung yang mengapit Situ Lengkong. Yakni Gunung Bitung sebelah utara perbatasan dengan Majalengka dan Gunung Sawal perbatasan dengan Ciamis. Situ Lengkong memiliki luas 67,2 hektare dengan luas perairan sekitar 50 hektare. Situ ini memiliki keliling 9 kilometer. Magnet Situ Lengkong ini yang mendatangkan berkah bagi Desa Panjalu dan warga sekitar. Perputaran uang dari sini cukup besar. Hitungan Yuyus Surya Adinegara, Kepala Desa Panjalu, tiap tahun perputaran uang di Situ Lengkong bisa sekitar Rp 20 miliar sampai Rp 50 miliar. Ini dari penjualan suvenir seperti kaos, baju, topi, buah tangan lain, makanan dan aneka bisnis yang ada di seputaran Situ Lengkong. Situ Lengkong juga menjadi sumber utama pendapatan asli desa (PAD) Desa Panjalu. Tahun lalu, kata Yuyus, PAD dari Situ Lengkong mencapai sekitar Rp 2 miliar atau 83,3% dari total PAD Panjalu.
Penataan Situ Lengkong
Tak salah, apabila Desa Panjalu selaku pengelola Situ Lengkong ingin mengembangkan danau tersebut. Yuyus sudah merencanakan penataan Situ Lengkong. Dan Gayung bersambut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah memberikan lampu hijau termasuk juga anggaran untuk penataan Situ Panjalu. "Untuk penataan tahap awal mendapatkan anggaran sekitar Rp 15 miliar. Ini penataan dari Provinsi Jabar," kata Yuyus dalam wawancara dengan KONTAN. Menurut rencana, penataan Situ Lengkong dimulai bulan Maret ini dan akan rampung bulan Agustus 2023 mendatang. Pada tahap awal, penataan baru menyentuh area depan objek wisata Situ Lengkong. Seperti area pintu gerbang, penataan sekitar lahan parkir, kios-kios pedagang yang jumlahnya puluhan. "Sekian lama Situ Panjalu tidak pernah dibangun, tahun ini akan ada penataan, walaupun hanya skop kecil," ujar Yuyus. Sepengamatan KONTAN, bagian muka gerbang Situ Lengkong memang sudah terlihat usang dan kurang rapi. Pagar sudah mulai ada yang rubuh. Lahan parkir sempit, penataan kios pedagang juga kurang rapi dan terkesan berjubel. Begitu pula di area dermaga Situ Lengkong, sudah ada bagian batas situ yang tergerus abrasi dan pagar besi pembatas yang mulai rusak. Bukan cuma itu. Sedimentasi atau pendangkalan Situ Lengkong sudah terbilang parah. "Sedimentasi sudah di atas 50%. Batas sudah menyempit," tutur Yuyus. Wiwi Siti Sajarohm, pengunjung dari Tangerang Selatan berharap Situ Lengkong ditata dengan baik dan dijaga kebersihannya. "Yang utama adalah ketika orang datang, ingin ziarah yang nyaman dan tidak terganggu oleh hal yang mungkin membuat kurang nyaman," kata Wiwi yang juga dosen Universitas Islam Negeri Jakarta ini. Tapi untuk area makam, ia menilai, tempatnya sudah nyaman bagi peziarah untuk berdoa dan berdzikir. Wiwi yang datang bersama kerabatnya ini sudah tiga kali berkunjung ke Situ Lengkong. Sebelum ke Situ Lengkong, ia terlebih dulu berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, Tasikmalaya. Wiwi kebetulan pernah meneliti jaringan penyebaran Islam di Jawa. Umumnya peziarah yang datang berziarah ke Situ Lengkong, biasanya mampir berziarah ke makam penyebar agama Islam lain yang berada di Jawa Barat. Seperti Musa Irawan, wisatawan asal Salatiga. Bersama empat bus rombongan pondok pesantren, sebelum ke Situ Lengkong, mereka mampir dulu ke makam Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan. "Saya tahu Panjalu dari teman dan baru kali ini ke Panjalu," kata Musa. Ia bilang, peziarah dari Jawa Tengah kebanyakan memilih berziarah ke Jawa Timur sampai ke Sumenep, Madura. Kalau ke Jawa Barat jarang. Dengan penataan Situ Lengkong, Yuyus berharap, pengunjung makin banyak yang datang. Ia punya target lebih dari 1 juta wisatawan mampir ke Panjalu. Kian banyak peziarah berkunjung berarti akan mendatangkan berkah bagi warga Panjalu. Sebab, banyak yang mengandalkan ekonominya dari Situ Lengkong ini. Apalagi, kegiatan wisata ziarah di tempat ini 24 jam tanpa henti. Neneng, penjual peci dan topi, misalnya, mengaku bisa meraup omzet penjualan hingga Rp 500.000 per hari kalau lagi ramai. Kalau pas sepi omzet sehari sekitar Rp 200.000. Pemilik homestay juga kecipratan rezeki dari para peziarah. Contohnya Karnia pemilik homestay Panjalu.Net. "Setiap weekend selalu terisi, bahkan kadang ada peziarah yang sudah booking jauh-jauh hari," ceritanya. Kehadiran Situ Panjalu juga semakin mendorong warga untuk menyewakan rumahnya sebagai homestay. Engkus Koswara, pemilik homestay Triananur juga melihat peluang ini. Ia bahkan berencana menambah kamar untuk menampung para wisatawan yang datang ke Panjalu. Saat ini, Engkus memanfaatkan rumahnya di lantai dua untuk disewakan.
Efek ekonomi Situ Lengkong juga menjalar ke UMKM sekitar Panjalu, mulai dari yang memproduksi cemilan hingga kerajinan khas Desa Panjalu. Ya, Situ Lengkong mengalirkan berkah bagi warga sekitar.
Baca Juga: Berkah dari Mengolah Wisata Ziarah dan Sejarah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat