JAKARTA. Kinerja PT XL Axiata Tbk (EXCL) memerah di paruh pertama tahun ini. Ini karena tekanan dari utang akibat akuisisi PT Axis Telekom. Namun EXCL terus mencari cara memperkuat arus kas. Salah satunya dengan menjual saham simpanan alias treasury stock. EXCL telah melepas 231,11 juta saham treasury mewakili 2,7% dari total saham. Harga rerata di pasar Rp 5.708 per saham. Harga itu di atas harga minimum yakni Rp 5.280 per saham. Dari aksi ini, EXCL mengantongi Rp 1,31 triliun. Saham treasury ini berasal dari aksi buyback yang tidak menyetujui aksi merger dengan Axis pada 21 April. Saat itu EXCL menggelontorkan Rp 1,22 triliun untuk membeli kembali saham. Artinya, XL meraih laba Rp 98,91 miliar.
Untuk memperkuat kas dan mengurangi utang, EXCL juga membuka peluang menjual menara yang dimilikinya. Adrianus Bias, Analis Ciptadana Securities mengatakan, strategi EXCL menambah kas dan mengurangi utang bisa menekan beban. Ariyanto Kurniawan, Analis Mandiri Sekuritas mengatakan, jika XL jadi menjual menara tingkat utang kian berkurang. Manajemen EXCL memang belum blak-blakan jumlah menara yang akan dijual. Ariyanto berasumsi dengan 3.000 menara yang dijual di harga US$ 170.000-US$ 190.000 per menara. Maka EXCL bisa meraih dana US$ 570 juta setara 65% ongkos akuisisi Axis. Dan ditambah dengan penjualan saham simpanan, Ariyanto memperkirakan net gearing EXCL akan berkurang menjadi 1,4 kali dari 2,1 kali pada kuartal II-2014. Maklum saat akuisisi Axis, EXCL banyak menggunakan utang. Hasilnya, net gearing EXCL naik dari 1,1 kali di 2013 menjadi 2,1 kali di kuartal II-2014. Pinjaman dollar EXCL mencapai 61% dari total utang. Hal ini tentu membuat EXCL makin rentan dengan volatilitas nilai tukar. Ini nampak dari kinerja semester I EXCL yang rugi Rp 482,52 miliar. Kerugian ini akibat beban bunga pinjaman pembayaran Axis meningkat 23,25% menjadi Rp 11,13 triliun. Rugi selisih kurs EXCL pun melonjak 357,2% menjadi Rp 516,09 miliar. Padahal, pendapatan EXCL hanya tumbuh 12,14% menjadi Rp 11,54 triliun. Adrianus memperkirakan, pendapatan XL bisa Rp 24,3 triliun di tahun ini. Dan jika rupiah menguat dan beban rugi kurs bisa turun, sehingga Adrianus optimistis EXCL bisa membukukan laba bersih Rp 267 miliar di tahun ini. Dia pun yakin tahun depan kinerja EXCL lebih baik karena meningkatnya jumlah pelanggan dan penetrasi EXCL di jaringan 3G.
Sementara Ariyanto bilang, langkah EXCL mengakuisisi Axis bisa membantu menaikkan kualitas jaringan dan memperbesar cakupan jaringan. Selain itu, EXCL juga punya prospek kuat di pengembangan jaringan 4G. Namun dalam jangka pendek, masih akan ada tekanan margin di laba bersih karena kerugian di laporan keuangan Axis. Ariyanto memprediksikan, EXCL rugi bersih Rp 224 miliar. Dia memprediksikan, pendapatan EXCL di 2015 Rp 26,1 triliun dengan laba bersih Rp 796 miliar. Analis DBS Vickers, Sachin Mittal, Ariyanto, dan Adrianus merekomendasikan, buy saham EXCL. Sachin dan Ariyanto menargetkan di Rp 6.700. Sementara Adrianus di Rp 6.500 per saham. Saham EXCL ditutup stagnan di Rp 6.475, Senin (22/9). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana