Makin Fokus di Bisnis Nikel, Harum Energy (HRUM) Akuisisi Blue Sparking Energy



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) melakukan pengambilan bagian saham baru PT Blue Sparking Energy (BSE).

Melansir keterbukaan informasi BEI, HRUM mengakuisisi Blue Sparking Energy melalui anak perusahaan, PT Tanito Harum Nickel Industry (THN). THN adalah perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang aktivitas perusahaan holding, yang menjalankan investasi pada pertambangan nikel dan pengolahannya.

Blus Sparking Energy adalah perseroan terbatas yang menjalankan usaha di bidang pengolahan dan pemurnian nikel. Saat ini, BSE sedang mengembangkan proyek high-pressure acid leaching (HPAL) yang berlokasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.


Proyek HPAL dari BSE itu dirancang untuk memproduksi nickel-cobalt hydroxide intermediate (MHP - Mixed Hydroxide Precipitate) dengan kapasitas terpasang tahunan sekitar 67.000 ton atau 10% setara nikel dan sekitar 7.500 ton atau 10% kobalt, termasuk dengan fasilitas dan infrastruktur pendukungnya.

Baca Juga: Pendapatan Turun, Laba Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Ambles 52% Tahun Lalu

Pengambilan bagian atas saham BSE tersebut dilakukan melalui konversi atas sebagian pinjaman yang diberikan oleh THN kepada BSE menjadi saham dalam BSE sesuai dengan ketentuan Perjanjian Fasilitas Pinjaman tertanggal 29 September 2023.

“Perseroan telah mengumumkan keterbukaan informasi terkait dengan perjanjian tersebut pada tanggal 2 Oktober 2023,” ujar Direktur Utama HRUM Ray A Gunara dalam keterbukaan informasi.

Dalam transaksi ini, BSE menerbitkan 1.040.817 lembar saham baru, sebagai pelaksanaan konversi atas sebagian utang BSE kepada THN sebesar US$ 206.169.037 atau dalam rupiah nilainya setara menjadi 51% saham dalam modal ditempatkan dan disetor BSE.

Sebelum transaksi, 99,9% saham BSE dipegang oleh Tanjung Development Investment Pte. Ltd (TDI). Lalu, sebesar 0,1% dipegang oleh J&L International Investment Limited. Dengan transaksi tersebut, maka TDI memegang 49% saham BSE. Sementara, THN memegang 51% saham BSE.

“Saat ini, proyek BSE berada dalam tahapan konstruksi dan ditargetkan untuk dapat memulai operasi komersil pada awal tahun 2026,” paparnya.

Ray mengungkapkan, transaksi ini tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, atau kelangsungan usaha Perseroan.

Transaksi tersebut merupakan bagian dari upaya HRUM untuk terus meningkatkan diversifikasi usaha melalui investasi di sektor nikel. Ini juga kelanjutan dari investasi-investasi di sektor nikel yang sudah dilakukan oleh Perseroan melalui anak-anak perusahaannya sejak tahun 2020.

Baca Juga: Tumbuh 15%, Lippo Karawaci (LPKR) Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di Tahun 2023

Di samping itu, dari segi keragaman produk, setelah BSE mulai beroperasi secara komersial, maka HRUM akan mampu menghasilkan nickel-cobalt hydroxide intermediate (MHP - Mixed Hydroxide Precipitate) yang diharapkan dapat membuka peluang pasar baru dan memberikan nilai tambah yang lebih baik dari produk nikel yang dihasilkan oleh smelter entitas anak Perseroan saat ini.

Dari segi keuangan, setelah tanggal transaksi, laporan keuangan BSE sebagai entitas anak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan konsolidasian Perseroan ke depannya selaku induk perusahaan.

“Dengan demikian, laporan keuangan konsolidasian Perseroan ke depannya akan juga mencerminkan kontribusi kinerja keuangan BSE,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi