KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan kian gencar menggenjot kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Lihat saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per April 2019 total kredit UMKM sudah menembus Rp990,66 triliun. Pencapaian tersebut tumbuh sebesar 10,89% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau
year on year (yoy). Kendati demikian, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan periode bulan Maret 2019 yang sempat tumbuh sebesar 11,36% secara tahunan. Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id tetap optimis kredit UMKM masih bisa tumbuh positif tahun ini. Salah satunya PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang mengatakan sampai dengan bulan Mei 2019 penyaluran kredit UMKM masih positif menjadi sebesar Rp 338,41 miliar secara tahunan.
Sayangnya, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha tidak dapat merinci besaran pertumbuhan segmen UMKM tersebut. Hanya saja, Ia mengatakan bahwa perseroan memang tengah fokus mendorong kredit ke segmen tersebut. "Rasio
non performing loan (NPL) segmen UMKM juga masih cenderung membaik," katanya Rabu (26/6). Ia pun mengatakan hingga akhir tahun setidaknya kredit UMKM Bank Jatim bisa bergerak tumbuh hingga mencapai Rp 973 miliar. Pihaknya menambahkan, pencapaian kredit UMKM ini sudah sejalan dengan program Pemerintah dan arahan OJK untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro. Asal tahu saja, Bank Indonesia (BI) juga menganjurkan agar perbankan mendorong porsi kredit UMKM menjadi minimal 20% dari total kredit. Adapun, hingga akhir tahun bank bersandi bursa
BJTM (anggota indeks
Kompas100) ini mematok pertumbuhan kredit di kisaran 9% - 10%. Beberapa strategi yang akan digarap Bank Jatim untuk mendorong kredit UMKM diantaranya dengan menggandeng Pemerintah Provinsi (Pemprov) maupun dinas terkait, paguyuban UMKM untuk melakukan promosi. "Kami juga melakukan pelatihan dan sosialisasi dengan komunitas UMKM," singkatnya. Senada, Direktur Utama PT Bank BRI Agroniaga Tbk Agus Noorsanto mengatkan saat ini porsi kredit UKM perseroan sudah mencapai 25%. Agus menegaskan kalau pihaknya memang tidak menyalurkan kredit ke segmen mikro melainkan kecil dan menengah saja. Dalam rencana bisnis bank (RBB), BRI Agro juga akan menggalakkan penyaluran kredit ke UKM. Salah satunya dengan strategi bisnis hulu ke hilir dengan memanfaatkan jaringan nasabah serta debitur pemasok UKM. "Ini akan kita dorong, terutama untuk kredit yang ritel UKM," katanya. Di sisi lain, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini juga akan menggandeng perusahaan teknologi finansial (tekfin) agar lebih memudahkan nasabah dan calon nasabah untuk mengajukan pinjaman UKM. "
Ticket size kami untuk UKM memang di bawah Rp 10 miliar," terangnya. Hingga akhir tahun, bank bersandi bursa
AGRO (anggota indeks
Kompas100) ini optimistis kredit UKM bisa tumbuh minimal 20% secara
year on year (yoy).
Pertumbuhan tersebut menurut Agus sudah sejalan dengan kenaikan rata-rata kredit UKM BRI Agro sejauh ini. Adapun, secara total tahun ini kredit perseroan akan didorong tumbuh di kisaran 25%-30% dari periode akhir 2018 sebesar Rp 15,9 triliun menjadi Rp 20,4 triliun. "Kami target memang tumbuh Rp 5 triliun kredit secara tahunan, itu sangat besar untuk BUKU II," jelasnya. Sebagai tambahan informasi saja, per April 2019 OJK mencatat NPL kredit UMKM stabil di level 0,03%. Pertumbuhan kredit UMKM Mayoritas didorong oleh penyaluran kredit dari bank pelat merah yang naik 11,39% yoy. Selain itu, kredit bank swasta juga tumbuh positif sebesar 10,16% yoy per April 2019. Bila dirinci berdasarkan jenisnya, mayoritas kredit UMKM masuk ke kredit modal kerja (KMK) sebesar Rp 724,14 triliun atau 73% dari total kredit UMKM secara industri. KMK tercatat tumbuh sebesar 9,25% yoy. Sementara itu, kredit investasi justru tumbuh signifikan pada empat bulan pertama tahun ini, dengan kenaikan mencapai 15,61% yoy dari Rp 230,52 triliun menjadi Rp 266,51 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi