KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan awal pekan. Mengutip
Bloomberg, Senin (26/8), kurs rupiah spot ditutup menguat 0,35% ke level Rp 15.438 per dolar AS dibandingkan posisi Rp 15.492 per dolar AS per Jumat (23/8). Rupiah Jisdor Bank Indonesia juga terpantau menguat 1,12% ke level Rp 15.380 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu di Rp 15.554 per dolar AS. Pengamat mata uang Lukman Leong mencatat bahwa rupiah dan mata uang regional umumnya menguat terhadap dolar AS di tengah suasana risk-on. Optimisme di Asia meningkat karena investor merespons positif pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang memperbaiki prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Namun, penguatan ini sedikit terhambat oleh kekhawatiran situasi di Timur Tengah. Berita terbaru menyebutkan bahwa sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, mengklaim telah menembakkan roket M90 ke Tel Aviv, Israel, pada malam Minggu (25/8).
Baca Juga: Terus Menguat, Cek fundamental Mata Uang Garuda Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell telah memberikan sinyal kuat bahwa pemotongan suku bunga AS yang telah lama dinantikan akan terjadi bulan depan. Ini karena risiko inflasi yang meningkat sudah berkurang, sementara risiko penurunan lapangan kerja meningkat. Para pedagang kini mempertaruhkan kemungkinan pemotongan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan Fed tanggal 17-18 September, dengan peluang sebesar 65% setelah pernyataan Powell. Namun, mereka juga memperkirakan peluang sekitar satu dari tiga untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 bps yang lebih besar, meningkat dari peluang sebelumnya yang hanya satu dari empat. Dari domestik, Ibrahim menambahkan bahwa rupiah tidak terlalu dipengaruhi oleh dinamika politik terbaru terkait demonstrasi Revisi Undang-Undang Pilkada. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa faktor politik saat ini tidak memberikan dampak signifikan bagi perekonomian nasional.
Baca Juga: Rupiah Masih Perkasa, Efek Fundamental? Kondisi ekonomi nasional saat ini dianggap sangat kuat, dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat, inflasi rendah, dan imbal hasil investasi yang tinggi. Ini terlihat dari nilai tukar rupiah yang tidak terlalu melemah dan kembali menguat setelah sentimen global mereda.
Menurut Lukman, rupiah kemungkinan akan melemah terbatas pada perdagangan Selasa (27/8) karena tidak ada data ekonomi penting, baik dari domestik maupun luar negeri. Investor akan memperhatikan rilis data penjualan barang tahan lama AS yang diperkirakan akan meningkat menjadi 4%. Selain itu, perkembangan situasi di Timur Tengah masih menjadi perhatian pasar. Lukman memproyeksikan bahwa rupiah akan mengalami konsolidasi karena penguatan yang terjadi belakangan ini sudah cukup besar. Dolar AS mungkin akan berbalik menguat, sehingga rupiah akan terkoreksi terbatas. Lukman memperkirakan rupiah akan melemah terbatas dalam rentang Rp 15.400 per dolar AS–Rp 15.500 per dolar AS. Sebaliknya, Ibrahim menilai rupiah berpotensi menguat dalam rentang Rp 15.370 per dolar AS–Rp 15.460 per dolar AS pada Selasa (27/8). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati