Makin panas, BUMN China diminta untuk menangguhkan impor pertanian dari AS



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aksi perang dagang Amerika Serikat memanas. Mengutip Bloomberg, Senin (5/8), China menanggapi ancaman tarif Donald Trump dengan menangguhkan impor pertanian AS.

Pemerintah China sengaja membiarkan mata uang yuan jatuh ke level terlemah dalam lebih dari satu dekade. Selain itu. China meminta perusahaan-perusahaan milik negara untuk menangguhkan impor produk pertanian AS.

Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?


Sebelumnya, Trump menuduh Beijing telah mengelola mata uangnya secara tidak adil. Juga menuding China gagal menepati janji untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS.

Imbas perang dagang ini, saham dan mata uang negara berkembang merosot di tengah kekhawatiran konflik berkepanjangan antara negara adidaya akan membebani pertumbuhan ekonomi global. 

Sementara haven asset termasuk yen Jepang, surat utang AS, dan emas naik. Investor meningkatkan taruhan pada pemotongan suku bunga Federal Reserve.

"Ini salah satu skenario terburuk. Pasar pertama menjual, kemudian Trump bangun dan ini semua menjadi jauh, jauh lebih buruk," kata Michael Every, kepala riset pasar keuangan Asia di Rabobank di Hong Kong.

Baca Juga: Aksi mogok menolak UU ekstradisi makin menekan perekonomian Hongkong

Trump pekan lalu mengusulkan penambahan tarif sebesar 10% untuk impor Cina senilai US$ 300 miliar mulai 1 September mendatang. Langkah ini termasuk tiba-tiba mengingat kedua pihak telah memulai kembali perundingan. 

Ancaman kenaikan tarif ini datang tepat ketika Presiden Tiongkok Xi Jinping dan anggota senior Partai Komunis lainnya berkumpul untuk liburan musim panas di Beidaihe, sebuah kota di tepi laut sekitar tiga jam perjalanan dari Beijing. 

Xi telah menghadapi tekanan selama berminggu-minggu untuk mengambil sikap lebih keras terhadap aksi dagang ini. Terutama setelah raksasa peralatan telekomunikasi Huawei Technologies Co masuk dalam daftar hitam AS.

Editorial di surat kabar yang dikelola pemerintah menyarankan Xi akan menolak kesepakatan yang mempertahankan tarif hukuman atau memaksa China untuk membuat konsesi pada masalah-masalah seperti perusahaan yang dikelola negara yang dapat melemahkan cengkeraman partai pada kekuasaan.

Baca Juga: Huawei segera merilis ponsel dengan sistem operasi buatan sendiri

Editor: Tendi Mahadi