Makro ekonomi membaik, CDS kian landai



JAKARTA. Risiko iklim investasi di Indonesia kian turun. Indikator credit default swap (CDS) Indonesia menunjukkan hal tersebut dengan mencapai titik terendah setahun terakhir.

Baik CDS tenor 10 tahun maupun 5 tahun, per Kamis pekan lalu (8/5) mencapai titik terendah sejak 1 tahun terakhir.

Ketika itu, CDS tenor 10 tahun berada di level 221,735, terendah sejak 29 Mei 2013. Sedangkan CDS tenor 5 tahun di level 151,500 yang merupakan terendah sejak 24 Mei 2013.


Sejumlah data makro ekonomi Indonesia disinyalir menjadi faktor utama minat investor berinvestasi di Indonesia.

CDS merupakan indikator risiko investasi di suatu negara. Semakin kecil angka CDS, mengindikasikan semakin kecil pula resiko berinvestasi di negara tersebut.

Analis PT Millenium Danatama Indonesia, Desmon Silitonga mengatakan, pencapaian titik terendah CDS ini disebabkan karena membaiknya dua faktor.

Yakni, laju inflasi yang terukur dan stabilitas nilai tukar rupiah yang tetap berada di kisaran level Rp 11.000 hingga akhir tahun.

“Juga ada kecenderungan defisit neraca transaksi berjalan akan terus turun,” tambah Desmon.

Lebih lanjut, menurutnya, hal ini didukung oleh afirmasi peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkatan Standards & Poor’s yang mempertahankan di level BB+ dengan prospek stabil pada akhir April lalu.

Hanya saja, pada Kamis (8/5), Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 dari yang sebelumnya 5,5% hingga 5,9% menjadi 5,1% sampai 5,5%.

Disinyalir, ini yang menjadi penyebab CDS tenor 10 tahun maupun 5 tahun sempat naik tipis pada keesokan harinya.

“Dengan adanya revisi itu maka investor, khususnya asing, bakal melihat bagaimana BI dan pemerintah mengatur kondisi makro ekonomi kita,” terang Desmon.

Dia menambahkan,  yang juga jadi perhatian besar bagi investor ialah hasil pemilihan presiden (pilpres) yang diselenggarakan Juli nanti.

Desmon menilai, seandainya pilpres berjalan lancar dan menghasilkan Joko Widodo sebagai pemenangnya, maka hal itu baik bagi kondisi keuangan dan pasar obligasi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan